Senin, 29 Desember 2014

Petualangan Aa Ruslie : Awug Mesir

Photo dari Google


Aku berjalan lambat-lambat. Pertemuanku dengan Aceng alias Ariel Noong Ah mengingatkanku pada Aceng, temanku yang asli orang Cipanas, Garut. Sudah lama kami tidak bertatapan muka langsung. Dalam perjalanan pulang, dalam sesaknya manusia, dalam alam angan-angan, mataku menabrak sebuah papan meja bertuliskan Awug Mesir.

Awug? Pikiranku bekerja pada sebuah makanan terbuat dari tepung beras, tepung ketan, gula merah, dipurulukan parud kalapa, bentuknya seperti kerucut alias congcot. Jika ada orang Sunda yang tidak mengetahui apa itu awug, asa kabina-bina ria. Asap yang mengepul dari awug yang membentuk kerucut, bergaris-garis coklat gula merah membuatku ngileur alias ngacay. Namun apa daya, sakukurata, hingga lidahku menjulur mengeluarkan air liur yang ditelan kembali. Eu.... eruhh.

Kakiku melangkah pelan-pelan. Sementara kepalaku sibuk membayangkan awug. Sampai, tiba-tiba kepingin muntah. Bayangan awug dalam kepalaku tiba-tiba berubah menjadi kepala temanku yang orang Garut juga, namanya Jajang Awug. Iyyyyy..... Naha ngabayangkeun awug nu kaluar Jajang Awug? Apa terdapat persamaan antara Jajang Awug dengan awug itu sendiri. Ah... ieu mah kudu ditanyakeun ka Kang Jajang sorangan.

Cuma rada aneh, kenapa awug yang dijual di depanku diberi nama Awug Mesir. Apa di Mesir, negara yang terkenal dengan Firaunnya ada awug? Atau mungkin karena bentuknya seperti piramida. Jangan-jangan piramida di Mesir terinspirasi dari congcot. Mungkin dahulu kala orang Mesir datang ka Tanah Sunda, melihat congcot. Karena kaget bin aneh dan tidak mau kalah, mereka pun membangun congcot yang badag. Pikirnya, urang ogé bisa ngajieun congcot mah, malah leuwih badag deuih. Akhirnya mereka membangun piramida seperti yang sekarang kita lihat.

Supaya tidak penasaran aku akan bertanya kepada penjual awug, siapa tahu bisa mencicipi. Kan lumayan gratis, dan lidah tidak ngacay lagi. Berlagak seperti pembeli aku mendekati sepasang suamis istri yang sedang melayani pembeli. Asap tipis, wangi pandan yang mengepul dari awug yang baru diangkat semakin menambah semangatku untuk mendapatkan awug. Tapi gratis tis.. tis.. tis…
“Mang! Mengapa awugnya dinamai awug Mesir. Bukannya awug itu makanan khas Sunda?”
“Oh… itu Jang. Itu mah akal-akalan Mamang saja. Supaya punyai nilai jual. Lagian bentuknya juga seperti piramida Mesir. Coba kalau namanya Awug Pocong, pasti kalabur Jang da sarieuneun.”
“Apa ada perubahan lagi seperti, keripik setan, gehu sehah, surabi stroberri, pokokna mah nu kararitu lah.”
"Teu bisa Jang. Lamun awug dipurukan keju jadi awug kej atuh Jang. Teu ngeunaheun. Lamun keju disambeulan. Komo ma enya aya awug disambeulan, ké jadi awug seuhah. Mamang cukup begini aja, asli lho….”
“Ah bisa saja si Mamang mah. Boleh nyicip dikit Mang?”
“Boleh atuh Jang. Boleh.”
Tanpa menunggu lama tanganku bergerak cepat meraih potongan awung yang masih mengepul. Panas-panas dikit tidak apa-apa yang penting haratis.
“Waduh mang enak pisan. Daripada makan pit cha, spag heti, hot dog, ramen, enakan makan awug,” kataku.      
“Pasti Jang. Makanan kita tidak akan kalah dengan makanan luar nagreg.”
Ah bisa wae si Mamang. Coba sepotong lagi Mang?” Tanpa di iyakan tanganku sudah nyosor duluan ngambil sepotong awug.

Ketika mulutku masih menikmati awug yang sangat lezat si Mamang bertanya kepadaku,” Mau beli berapa potong Jang?”
Aku kaget. Tapi aku tenang-tenang saja. “Emang satu porsi berapa?”
“Murah. Cuma enam ribu.”
Murah pisam nya Mang. Enak deui.”
“Jadi mau beli berapa?”
Aku melongo. “Maaf Mang saya mah cuma mau nanya doang.”
Muka tukang awug berubah seratus delapan puluh derajat. Tanpa menunggu kata-kata yang keluar dari tukang awug aku segera melangkah pergi. Potongan awug yang tersisa di mulut cepat-cepat aku habiskan. Terasa sesak di tenggorokan. Dari kejauhan terdengar gerutuan tukang awug. “Tidak punya uang mah ngomong saja tidak usah pura-pura tunya tanya segala.”


Perut kenyang hati senang, tukang awug untungna ngalayang. Aku melangkah tergesa-gesa. Mulutku halabhab, pingin minum. Mataku berkeliaran mencari air. Sementara sang surya semakin tinggi.

Jumat, 12 Desember 2014

Petualangan Aa Ruslie : Ada Apa Denganmu?

Photo Dari Google

Setelah Ferdinand dan kawannya beranjak dari depanku, pikiranku yang lemah dalam hal mengingat orang mulai bekerja. Berputar-putar, menyusuri hutan, lautan, angkasa, padang pasir sampai menemukan suatu titik wajah yang dicari. Ohhh... Aku tahu sekarang. Lelaki yang berjalan dengan Ferdinand mirip dengan Ariel Noah, vokalis yang penah tersandung kasus esek-esek. Tanpa basa basi, aku segera berlari menyusul mereka.

Dengan napas ngos-ngosan aku berhasil menyusul mereka.
“Kang...! Kang.... Kang Ferdinand...!” Suaraku lantang memecah Jalan Dago.
Ferdinand dan kawannya menghentikan langkah kakinya yang akan menginjakkan kaki di jalan. Persis dengan adegan slow motion kakinya berhenti di udara. Begitu aku berdiri di depan mereka, aku hentakkan kakiku ke aspal dan kaki mereka pun kembali menginjakkan bumi.
“Punteun Kang ngaganggu,” kataku.
Mataku langsung memburu wajah di samping Ferdinand.
“Ariel ya?” kataku dengan seyakin-yakinnya.
“Bukan!”
“Ariel?”
“Bukan!”
“Ariel?” Aku tetap memaksa.
“Bukan!” Dia tetap teguh pada pendirianya.
“Ariel?” Aku tetap memaksa.
“Baiklah kalau akang memaksa saya memang Ariel.” Lelaki itu pun mengalah.
“Tapi tidak terlalu mirip. Kamu pasti bukan Ariel,” kataku.
Lelaki yang miri Ariel sepertinya kesal.
“Tadi saya bilang bukan akang ngotot, sekarang saya bilang iya akang bilang bukan. Maunya akang apa sih?”
“Oh.. maaf kamu emang mirip Ariel sih. Tapi sebenarnya kamu siapa sih?”
“Saya mah Aceng. Orang-orang sering memanggil saya Ariel karena wajah saya emang mirip Ariel.”
“Ohh..... Nama kamu persis nama teman saya yang orang Garut. Namanya Aceng tetapi bukan Aceng Fikri. Itu mah Aceng aja.”
“Saya juga orang Garut kang. Ti Cipanas. Boa-boa teman akang teman saya juga. Aceng guru bukan?”
Tah éta bener pisan, Aceng guru.”
“Ari kamu pemain band bukan. Mirip Ariel Noah geuning?”
“Iya saya juga punya grup band. Namanya Noong Ah! Makanya banyak yang manggil nama saya Ariel Noong Ah.”
“Ohhhh... kitu hebat oge manéh euy.”
Mendapat pujian seperti itu Aceng alias Ariel jadi nyorocos.
“Band Noong Ah aya sajarahna Kang!”
“Kumaha?”
“Cerita seperti ini.”
Ketika saya latihan band, tiba-tiba muncul Jang Ikin urang Majalengka. Dengan napas memburu dan tergopoh gopoh menghampiri tempat latihan.
“Barudak... Aya kabar alus. Luna Maya dan Krisdayanti sedang mandi di Citiis. Hayu utang kaditu!” Jang Ikin yang rada-rada berdarah panas untuk hal-hal beginian semangat empat lima mengajak kami.
“Noong ah!” kataku. (Noong = Ngintip)
Kami dengan langkah seribu alias setengah berlari melewati bekas galian pasir menuju Citiis. Bak tentara kami mengendap-endap dibalik barisan alang-alang yang memagari Citiis. Namun sejauh mata memandang, di atas beningnya air Citiis yang  ditemukan hanya dua ekor angsa yang sedang berenang. Kami saling berpandangan mata. Kepala bergoyang-goyang tidak percaya.

Dalam senyap. Dalam ketidakpercayaan. Angin melenggang kangkung, berbisik di antara barisan alang-alang. Mulut terkunci karena kekecewaan. Hanya kepala, tangan, dan kaki yang bicara. Tiba-tiba sebuah suara serak bak kilat memecah keheningan.
“Barudak keur naraon di dieu?” Ngadeupong jiga tentara?”
Belum sempat salah satu dari kami membuka mulut terdengar suara serak itu lagi.
“Pasti kalian sedang ngintip angsa saya ya? Si Luna dan Si Yanti? Telanjang kan?”
Orang tua itu tertawa,tergelak hingga mengeluarkan air mata. Sejak itu itu teman-teman saya selalu meledek saya “Noong Ah... Noong Ah....” Maka band saya pun dinamai Noong Ah Band. Ariel... ehhh... Aceng pun menutup pembicaraan.

Matahari mulai menggelitik kulit. Tandanya hari semakin siang. Ferdinand yang berdiri sejajar dengan Ariel mulai gelisah. Kepala botak digaruk garuk tak gatal.
“Ayo buruan kita mau latihan nih!” Tangan kanannya menggenggam Ariel.
Ariel terlihat diam. Pikirannya seperti melayang.
“Ada apa denganmu Riel,” tanyaku.
“Ohh ga apa-apa kang. Cuma saya jadi ingat sama Aceng guru. Jangan-jangan dia teman akang. Tapi sudahlah... Saya pergi dulu..”


Ariel dan Ferdinand pergi meninggalkanku. Dalam arena car free day Dago yang semakin siang dan ramai ini aku memikirkan temanku Kang Aceng guru. Sudah lama kami tidak bertemu. Mungkinkah saya bertemu lagi dengannya? Ikuti petualangan Aa Ruslie berikutnya!

Rabu, 10 Desember 2014

Korupsi? Apaan Tuh???

Gambar dari Google

Kemarin, Selasa, 9 Desember 2014 berbagai aksi dalam memperingati, Hari Anti Korupsi Dunia digelar di hampir seluruh daerah di tanah air. Dari mulai membentangkan spanduk raksasa, aksi teatrikal, hingga tulisan dengan darah. Wow… Saking hebatnya kata korupsi sudah menjadi bahasa laten dunia. Yang paling menarik dari aksi-aksi memperingati Hari Anti Korupsi adalah adanya pembacaan proklamasi rakyat Indonesia antikorupsi yang digelar di Lapangan Krisdosono, Yogyakarta.

Butir dari “teks” proklamasi rakyat Indonesia antikorupsi berbunyi kami  menyadari bahwa sesungguhnya korupsi adalah bagian dari budaya Indonesia. Coba anda bayangkan korupsi adalah bagian dari budaya? Sedangkan budaya itu opo? Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Itu menurut teori Mbah Wikipedia bahasa Indonesia. Merunut definisi Mbah Wiki tadi bisa diartikan bahwa korupsi itu sudah ada sejak ada jaman dahulu alias turun temurun.

Kita generasi sekarang jangan malu lah mengakui itu. Bagi urang Sunda (Kalau Orang Sunda tidak tahu berarti bukan Orang Sunda) mungkin pernah mendengar istilah atau kata dar ma ji. Darmaji ini adalah akronim dari dahar lima ngaku hiji (makan lima ngaku satu). Orang jaman dulu… sering makan di warung-warung pinggir jalan sambil minum teh atau kopi. Setelah selesai makan baru dihitung apa saja makanan yang dimakan kemudian dibayar sesuai dengan harga makanannya. Bila makan lima ya.. dibayar lima, bila makan dua ya.. dibayar dua. Yang darmaji makan lima dibayar satu. Jelas ini adalah perbuatan korupsi. Mungkin bagi anda-anda, saudara-saudara yang sering makan di cafe mah kaga bakalan begini. Yang ada  mungkin… bukan berprasangka buruk padahal iya, duit hasil korupsi dipake buat bayarin makanan dan minuman yang dihabiskan di café. Betul gak? Tidak usah dijawab. Cukup anggukan kepala saja. He.. he..

Negara kita ini memang aneh bin ajaib. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mau menjadi pejabat, PNS, wakil rakyat selalu diutamakan orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan pengangkatan mereka di atas sumpah agamanya masing-masing. Pertanyaannya sederhana. Mengapa korupsi semakin menggurita. Yang disumpah saja korupsi apalagi yang tidak disumpah? Tapi bukan saya lho… Sumpah hanya cukup sampai di bibir saja padahal sumpah itu mengikat lho sama Yang Di Atas. Gak takut dosa ape?

Mereka yang ketahuan korupsi (karena banyak juga yang tidak ketahuan korupsi) pasti saya yakin sekali sudah terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Tau kan hedonisme. Itu tuh.. yang berpandangan bahwa hidup itu hanya memenuhi kebutuhan duniawi. Mereka lupa agama, lupa akan halal dan haram. Iiiyyy…. Mengerikan. Nah penduduk negeri ini, walaupun banyak muslimnya, banyak mesjidnya sudah dirasuki gaya hidup hedonisme. Lihatlah di sekitar kita, mobil mewah, rumah mewah, barang elektronik terbaru, hura-hura, pesta-pesta, sudah dianggap biasa. Bila tidak ikut-ikutan. Ketinggalan jaman katenye. Ghawattt…. Lihat di stopan para pengamen, peminta-minta, dah pake telepon genggam, mungkin juga Blackberry. Wuish.. hebat kan? Saya aja kalah.. Masih telepon genggam jadule he.. he…

Pertanyaan terakhir. Mengapa korupsi merajalela di negara tercinta ini? Ayo… Coba kasih bocoran!   Jawabannya karena negara kita sayang sama koruptor. Di negara kita tidak pernah ada koruptor yang dihukum mati. Sebaliknya koruptor selalu diberi remisi alias pengurangan kurungan. Enak, begitu keluar dari bui, kekayaan masih em… banyak.  Masih cukup untuk tujuh turunan. Tidak ada sangsi sosial. Yang ada diangkat jadi pupuhu kampong, ketua RT, RW, DKM, de el el. Berita terbaru… Tengok hasil Munas IX Partai Golkar versi ARB di Bali. Seorang Nuridin Halidin mantan terpidana korupsi diangkat menjadi Wakil Ketua Partai Golkar. Di Sumedang Bupati Sumedang yang sudah menjadi tersangka korupsi, masih wara wiri, bebas berkeliaran. Enak kan? Negara ini begitu sayang sama koruptor.

Korupsi di negara kita sangat menyedihkan. Aduhhh… Jadi pingin nangis deh. Pelakunya rata-rata orang berduit. Keserakahan telah menutupi hati mereka. Coba bandingkan dengan maling motor yang ketahuan warga. Mereka dibakar broy…, sampai mati. Maka mending korupsi dibandingkan maling motor apalagi maling sandal. Eittt…s Itu salah. Lebih baik katakan tidak pada keduanya. Tapi bagaimana kalau ada kesempatan? Ingat-ingat pesan Bang Napi,” Korupsi bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku tetapi korupsi juga bisa terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah!!! Waspadalah!!! Waspadalah!!!

Untuk menghindari korupsi tidak usahlah main sumpah-sumpahan. Buktinya sampai hari ini belum terdengar kabar yang digantung di Monas. Bohong besar… Untuk menghindari korupsi cukuplah dengan sabar shalat yang khusyu. Di jamin shalat khusyu itu akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Makanya apabila terdengar orang korupsi tetapi sering shalat itu tandanya shalatnya belum khusyu. Masih mikirin duniawi. Betuk ga?     

Senin, 08 Desember 2014

Petualangan Aa Ruslie : Bertemu Ferdinand Sinaga







Pagi yang dingin. Angin dingin. Hari yang dingin. Titik air bekas hujan semalam menempel malu-malu di permukaan dedaunan. Matahari malas beranjak dari peraduannya. Sebentar terang, sekejap menghilang. Namun tidak menyurutkan langkahku beranjak dari belaian si cantik mimpi. Kaki tegar, melangkah. Melompat kecil menghindari cileuncang.

Kaki melepas lelah, di depan Dago Cikapayang. Orang-orang lalu lalang, berjalan kaki, bersepeda memasuki car free day Dago. Lelah terbayar oleh alunan lagu Raisa yang membelah Jalan Dago. Meluncur ke Dago atas, berhenti di depan SMA 1 Bandung. Tepat di bawah jembatan aku melihat sesosok tubuh penuh tato, rambut pendek, berbaju Persib dengan nomor punggung 17 dengan nama Ferdinand di atasnya. Otak langsung bekerja. “Wah... Ferdinand Sinaga?”

Tanpa basa basi. Dengan langkah kilat. Aku buru sosok itu. Sedikit SKSDA (Sok Kenal Sok Dekat Sok Akrab) aku sapa lelaki itu.
“Wilujeung Enjing! Kang Ferdinand nya?”
“Oh.. Wilujeung Enjing! Betul saya Ferdinand. Siapa ya?”
“Oh... Saya Aa Ruslie, tapi bukan Aa Gym, bobotoh Persib, penggemar anda.”
Tanpa ba... bi... bu.. Aku ajak Ferdinand berselfie ria. Kemudian aku ajak duduk di atas trotoar.

Dengan lagak seperti Jeremi Teti... eit Jangan-jangan.Terlalu alay. Dengan gaya Aiman penyiar Kompas TV aku bertatap muka dengan Ferdinand Sinaga.
“Punteun Kang! Kenapa Kang Ferdinand ada di sini? Bukannya sudah di Sriwijaya FC (SFC)?”
Jadi teu meunang saya ada di sini?” Tiba-tiba Ferdinand morongos.
“Eh...Punteun Kang sanés kitu.”
“Lah bohong manéh mah. Begini juga saya sudah bawa Persib juara.”
Sebelum Ferdinand mengamuk lebih hebat aku buru-buru panggil tukang susu Pangalengan yang kebetetulan lewat. Apes... Keur teu boga duit teh kudu ngamodal. Tapi baelah nu peunting mah Ferdiand teu ambeuk-ambeukan. Setelah diberi segelas susu kecil Pangalengan muka Ferdinand rada berseri-seri.
“Enak. Beli lagi dong!”
Aku terpaksa membelikan segelas lagi.
“Kamu ga minum?”
“Tidak,” jawabku pelan. Padahal tenggorokan mah ngeuclak, kabita. Tapi apa daya duit tak ada. Datang ke sini juga jalan kaki. Mapay-mapay jalan kandaraan. Cape pisan.
“Bagaimana perasaan.....”
Sebelum aku menyelesaikan pertanyaan terdengar dari kejauhan seseorang berteriak,’Ferdinand... Ferdinand...!” Ferdinand menoleh.
“Kemana saja aku cari-cari?” tanya orang itu.
“Dari tadi aku di sini. Sedang wawancara,” jawab Ferdinand.
Orang itu melirik kepadaku. Aku tersenyum sambil sedikit kaget.
“Iya Ferdinand Sinaga sedang wawancara dengan saya.” Tanpa diminta aku menerangkan.
“Ferdinand Sinaga? Ini Ferdinand Sinaga?”
‘Iya...,” jawabku.
“Ha.... ha.... ha....” Orang itu tertawa ngakak.
“Ini mah bukan Ferdinand Sinaga Kang. Tapi Ferdinand Sicacing.” Orang itu kembali tertawa.
“Jadi akang bukan Ferdinand Sinaga?” Aku mencoba meyakinkan.
“Iya saya mah Ferdinand Sicacing.”
Naha atuh ngaku Ferdinand Sinaga pemain Persib?”
“Ya salah akang. Saya emang Ferdinand. Pemain Persib P. Persatuan Sepak Bola Indonesia Balad Persib.”
“Bedul téh atah adol. Hanas pang meulikeun susu.”
“Tong bendu kang. Hatur nuhun susuna.” Ferdinand Sicacing nyeungir
Aku marah besar tetapi terpendam. Dan karasa eungap.
“Ayo Kang, pergi dulu!” Ferdinand Sicacing dan temannya meninggalkanku. Aku kesal, marah, dan bodoh. Tahu Ferdinand sudah di SFC masih tetap nyangka di Persib. Ferdinand sudah bukan darah biru lagi tetapi sudah darah hijau alias mata du....an.

Dalam kekesalanku aku masih dapat menatap Ferdinand Sicacing dan kawannya pergi. Anehnya, dalam pikiranku berkecamuk, kok wajah temannya Ferdinand seperti wajah penyanyi band papan atas asal Bandung. Siapa ya? Mau tahu? Tunggu kelanjutannya di petualangan Aa Ruslie berikutnya.

Sabtu, 06 Desember 2014

Miras…? No Way…



Gambar Dari Google


Hujan begini… Enaknya makan dan minum apa ya? Jika mengikuti kebijakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Bapak Uddy Chrisnandi, kita wajib makan kulub sampeu, kulub hui, kulub suuk, kulub jagong, kulub cau, dan baladnya kulub-kuluban. Atau bisa juga makan goreng sampeu, goreng hui, goreng cau, dan balad-baladnya goreng cau. Minumnya? Bajigur, bandrek, teh manis, susu, kopi, kopi susu, kopi item, kopi pahit, dan sebangsaning kopi-kopian. Itu kalau menurut bapak menteri. Tujuannya agar kita menghargai produksi dalam negeri. Padahal saya mah sehari-hari juga makanan seperti itu. Jadi kebijakan itu tidak aneh bagi saya mah.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Itu kata peribahasa. Hari gini minum bajigur, kopi, bandrek? Itu kuno. Kaga modern alias primitif, kurang gagah, ketinggalan jaman. Sekarang ini jamannya minum minuman keras alias miras. Tidak percaya? Sejak Minggu (5/11/14) sampai dengan Jumat (5/12/14), RSUD Sumedang kedatangan 113 pasien yang menenggak miras oplosan. Dari jumlah itu 10 orang tewas. Gila gak? Di Garut dari 21 orang yang menenggak minuman keras, 17 diantaranya meninggal dunia. Weleh-weleh… Tanda-tanda apa ini? Jaman emang sudah edan…

Miras. Sesuatu benda nyata ada di sekitar kita. Dan banyak orang yang sangat mencintainya. Termasuk Bung Haji Rhoma Irama. Ini bukan gosip murahan apalagi fitnah. Kata Bung Rhoma di warung-warung kopi, …”dulu aku suka padamu dulu aku memang suka (koor) ya.. ya.. ya… Lanjut Bang Haji,” … Dulu aku gila padamu dulu aku memang gila (koor) ya.. ya.. ya… Yang seneng lagu ini terusin aja, jika tidak tahu liriknya? Terlalu….

Berita ini bagai pukulan telak bagi masyarakat kita apalagi mereka yang menjadi korban (bukan korban ini mah orang-orang yang mencelakai diri sendiri) adalah anak-anak muda, generasi penerus bangsa, umurnya antara 15 sampai dengan 27 tahun. Pantaslah jika menenggak miras ini akan menimbulkan kejahatan yang lain. Pelecehan seksual yang sudah akrab di telinga kita yang dilakukan oleh anak-anak muda selalu diawali dengan memberi miras kepada calon korbannya. Naudubillahimindhalik…

Nah cerita ini bisa jadi pelajaran bagi kita. Seorang yang beriman, ya bolehlah kita sebut seorang ustad, disuruh memilih dosa yang paling ringan. Satu membunuh orang, dua berzina dengan wanita cantik, dan ketiga minun minuman keras. Ustad ini berpikir, jika aku minum miras sedikit saja tentu dosanya akan lebih sedikit. Haram dikit ga apa-apa kali? Maka diminumlah sedikit miras tersebut. Apa yang terjadi. Eng.. Ing… Eng…. Ustad tersebut mabuk. Dalam keadaan mabuk ustad tersebut berzina kemudian membunuh  orang. Nah… Miras itu kelihatannya sepele tetapi dapat berakibat patal. Jadi jangan anggap enteng miras, kecuali miras nya mie rasa soto.. Itu boleh dan halal.

Makanya ane kaga satuju, dengan perda (peraturan daerah) yang mengatur peredaran miras. Mendingan bikin aja peraturan pelarangan miras sekalian. Orang-orang yang bikin aturan ini emang aneh-aneh. Katanya kita harus menghormati orang asing yang berkunjung  ke negara kita. Salah satunya dengan menyediakan miras kesukaan mereka. Kan aneh? Mereka datang jauh-jauh ke negara kita untuk menikmati kekayaan alam kita yang didalamnya termasuk makanan dan minuman. Tidak ada salahnya dong kita suguhi bule-bule itu bajigur, bandrek, kopi, kulub sampeu, kulub jagong, goreng cau,dan teman-temannya. Biar mereka benar-benar merasakan nikmatnya negara kita.

Dan perlu diingat, peraturan itu jangan disalahartikan pada saat di luar negeri. Karena bule-bule yang datang kita suguhi makanan dan minuman tradisional, lantas pada saat kita ke luar negeri mencicipi minuman keras. Itu haram saudara. Mau dikit mau banyak tetap haram. You know….

Penutup. Inga… inga pesan Bung Haji dengan baik,”
Gara-gara kamu orang bisa menjadi gila
Gara-gara kamu orang bisa putus sekolah
Gara-gara kamu orang bisa menjadi edan
Gara-gara kamu orang kehilangan masa depan ..
Ingat Bung Haji Rhoma Irama ingat miras

Miras….? No way…


Jumat, 05 Desember 2014

Sepertinya, Beringin Tua Itu Akan Beranak Lagi

Gambar dari Google

Dunia politik sebagaimana Iwan Fals tembangkan adalah dunia yang penuh dengan intrik. Dunia para binatang, dunia pesta pora para binatang. Kita sebagai rakyat hanya menjadi tim hore merangkap wasit, serta juri penilai yang akan  menentukan pada pertandingan antar parpol lima tahun kedepan. Makanya jangan heran  sebagai wasit dan juri tidak jarang kita mendapat kadeudeuh dari partai politik. Ya… boleh disebut sebagai tanda pengikat. Padahal itu teh termasuk money politic, bahasa kerennya. Kalau dalam bahasa Jerman itu teh politiké duité. “Hayo ngaku?” Asik nggak asik itulah politik.

Gonjang ganjing panggung politik minggu ini tidak terlepas dari kisruh yang melanda partai berlambang beringin. Terpilihnya ARB, tahu kan ARB? Ketua Partai Beringin sebelumnya, secara aklamasi dipilih kembali menjadi nahkoda partai beringin hingga lima tahun ke depan. Secara aklamasi lho. Artinya dipilih secara bulat tanpa ada halangan….rintangan…. kera sakti…… Naha jadi ngalagu?

Terpilihnya ARB tidak lepas dari peran besar dari suara yang mirip Bapak Nuridin Halidin. Tahu kan bapak yang satu ini. Ya betul, bapak ini mantan ketua persatuan maén bal saindonesia, sekaligus merangkap mantan terpidana korupsi pengadaan minyak goreng. Beliau ini orang hebat bisa memimpin persatuan maén bal saindonesia dari balik jeruji besi. Hebat kan?

Terungkap saudara-saudare, ternyata dari suara yang mirip dengan Bapak Nuridin Halidin ini disebutkan bahwa para kader beringin yang ingin menjadi gubernur, bupati, walikota elektabilitasnya rendah. Tahu elektabilitas? Cari sendiri ya! Dokunya alias duitnya kaga ada. Dan bila disodorkan kepada ribuan rakyat untuk dijadikan gubernur, bupati, dan walikota, pasti peluangnya tipis setipis jeruk. Mipis atuh eta mah jang. Nah lho kenapa? Mikir… mikir….

Makanya Partai Beringin ini akan nyaman, tenang dan damai apabila berada di Koalisi Merah Putih. Sebab dengan berlakunya Undang-Undang No 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD dan rencana menolak perpu pilkada bikinan Pa Beye, otomatis gubernur, bupati, dan walikota akan dipilih oleh DPRD. Peluang yang sangat besar bagi kader-kader Partai Beringin untuk berkuasa di daerah. Dan itu akan terjadi apabila peserta Munas IX Partai Beringin memilih kembali ARB sebagai raja di Partai Beringin. Itu adalah angin surga yang diucapin oleh Bapak Nuridin Halidin.

Sebagai penghargaan kepada Bapak Nuridin Halidin, ARB pun memberikan sebuah kursi wakil ketua umum. Huebat ya… Ga.. punya muka. Mantan terpidana korupsi menjadi pimpinan partai yang sudah tua ini. Sebagai rakyat kudu melek nih. Partai kaya begini cocok ga untuk lima tahun ke depan?

Nun jauh dari Bali tempat munas berlangsung, terjadi penolakan atas hasil Munas IX Partai Beringin ini. Di Jakarta, Bapak Agung Laksono sebagai bapak penyelamat Partai Beringin, dan kolega menyebut Munas IX Partai Beringin di Bali adalah ilegal. Tambah ricuh nih konflik. Munas yang legal menurut beliau adalah munas Partai Beringin yang akan dilaksanakan pada Januari 2015 nanti.  Waduh tambah gawat nih. Penonton boleh sedih, ketawa, kecewa, senang, prihatin, bukan prihantini itu  mah teman saya, jengkel, kesal, atau mikir… mikir… menyaksikan dunia politik yang licik, penuh intrik, tipu menipu, dan orientasinya kekuasaan belaka demi kepentingan golongannya. Rakyat? Emang gue pikirin….

Setelah pecahnya PPP, sepertinya Partai Beringin tidak akan jauh berbeda. Kelihatannya bakal mengikutin jejak nyeleneh PPP. Namun itu bukan hal yang aneh. Partai yang ada sekarang juga adalah kader-kader beringin juga. Partainya mantan jenderal TNI, partainya bapak berjenggot adalah mantan kader beringin. Melihat konflik yang semakin meruncing perkiraan saya. Partai Beringin yang sudah tua ini akan beranak lagi. Nama anaknya mungkin ada beberapa perkiraan, ini mah ramalan Mbah Lieur bin pusing, bernama Partai Beringin Reformasi, Partai Beringin Perjuangan, Partai Beringin Demokrat, Partai Beringin Indonesia Raya, Partai Beringin Nurani Rakyat, Partai Beringin Persatuan Indonesia. Atau mungkin anda sudah mempersiapkan nama selain nama-nama dari ramalan Mbah Lieur bin Pusing tadi.     


Rabu, 03 Desember 2014

Dua Minggu Setelah Kenaikan Harga BBM…



Ini catetan masih tentang kenaikan BBM.  Tercatat dalam memori saya, kenaikan BBM sudah lebih dari dua minggu. Dan buntutnya… (bukan ekor kuda) mulai terasa sekali. Ongkos angkot? Itu mah jangan diceritakan. Sebab… Begitu harga BBM naik, supir angkot pun tidak kalah cepat dengan pemerintah. Besoknya langsung meluncur di jalanan dengan ongkos baru oh… bukan..., ongkos ter… baru. Padahal malemnya mereka ikutan antri mengisi full tangki bensinnya. Jadi rada-rada untung lah coy.

Di rumah, istriku…, cintaku…, sayangku…, ngomel-ngomel, harga beras naik seribu, sayur-sayuran ikut-ikutan terbang. “Dua puluh ribu dapet apa sekarang Yah?” O…o…hhh Sabarlah my darling (kaluar lebayna). Yang penting, gehu, pisang, dan bala-bala tetap terbeli meskipun dengan uang yang sama jumlahnya semakin berkurang. Mau gimana lagi? Itu efek domino kenaikan harga BBM. Begitu kata para, pakar, penelis, pengamat, pemerhati ekonomi dan sok sial. Eh… Maaf, maksudnya sosial. Kesimpulannya, jangan heran apabila ibu-ibu protes kepada suaminya agar anggaran buat dapur dinaikkan padahal gaji suaminya belum naik. Pusing tah para suami, kumaha carana nyari tambahan. Awas jangan KO… RUP… SI.. !!!!

Yang lucu… Silakan kalau lucu tertawa. Kalau tidak jameudud bari jeung hitut, pemakaian pertamax meningkat hampir 200%. Olala… Kenapa atuh tidak dari dulu yang punya mobil em…bagus teh menghirup pertamax. Lain ti baheula atuh kang... Sebabnya harga bensin alias premium tidak jauh beda dengan harga pertamax. Sudah dasarnya manusia itu tidak mau rugi. Ah tidak hanya yang punya mobil saja. Buktinya yang punya motor ikut-ikutan menikmati pertamax. Da murah.... Emm…. Enak tenan….

Nu rada nyesek… itu kata Ferdinand Sinaga yang ujujg-ujug ngacir ti Persib ka Sriwijaja FC, PSKS (Program Simpanan Keluarga Sejahtera) yang digagas pemerintahan Pak Owi tidak tepat sasaran alias sama dengan program BLT (Bantuan Lansung Tunai) nya Pa Beye. Orang-orang yang mampu dapat bantuan sedangkan orang-orang yang seharusnya dapat pada gigit jari. Kesannya ini program terburu-buru alias tidak terencana, yang penting ada kesan kenaikan BBM ini memang tidak merugikan wong cilik yang selama ini dibela oleh partainya Pak Owi, cukup disumpal dengan dana PSKS. Selesai....

Yang paling baru, tarif kereta api ekonomi mulai tahun 1 Januari 2015 mengalami kenaikan. Bila dihitung-hitung kenaikannya itu mencapai 100% - 200%. Wow… Huebat. Kita yang menengah ke bawah hanya bisa mengelus dada. Naik mobil muahal, kereta api muahal, kapal laut muahal, pesawat terbang apa lagi.. itu mah sudah pasti kaga terbeli bung. Orang miskin endak boleh bepergian. Jangan salahkan kami apabila tetap menggunakan roda dua (motor atau sepeda) tebak sendiri, apabila bepergian jauh. Soale ongkosnye murah meskipun resikonya gede. Mau gimana lagi? Gak punya duit (kacian deh lu…).
Jika mengeluh dibilang malas, jika terlalu optimis takut dibilang sombong. Mendingan kita nyanyi saja yo…!

Andaikata aku di mobil itu
Tentu tidak di bus ini
Seandainya aku di rumah itu
Tentu tidak digubuk ini
A a a andaikata…
Se se se seandainya

Kalau saja aku jadi direktur
Tentu tidak jadi penganggur
Umpamanya aku dapat lotere
Tentu saja aku tidak kere
Ka ka ka kalau saja
U u u umpamanya
Oh ya!

… 

Senin, 24 November 2014

Oemar Bakri Tidak Lagi di Kebiri ???



Siapa yang tak kenal dengan lagu Guru Oemar Bakri yang dilantunkan oleh pahlawan asia versi majalah Times. Lirik sederhana namun membumi. Oh… Hari ini adalah hari guru nasional. Betul ga? Kalau ada guru yang tidak tahu, entar disemprot ama Bang Haji Rhoma Irama. “Terlalu……” Nih ane kasih imformasi, Pemerintah menetapkan Hari Guru Nasional adalah tanggal 25 November berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. Tanggal ini tentunya bertepatan dengan lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Gak percaya??? Tanyakan saja kepada bapak dan ibu yang mengajar Sejarah Nasional Indonesia.

Omong-omong soal guru, pasti hari gini bahagia doo…ng. Bandingkan dengan jamane Engkong Soeharto, guru-guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, morat-marit untuk mempertahankan kehidupannya. Guru ane di es em a, nyambi ngojek untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Sekarang, guru-guru utamenye… eh jadi rade-rade (ini bahasa apaan) betawi, guru-guru pns pada senang. Selain dapat gaji gede juga dapat tunjangan sertifikasi plus gaji ke tiga belas. Senengkan. Sampai-sampai teman sekantor ane sirik, enak bener ya jadi pengajar.

Tapi jangan salah. Gaji gede tidak selamanya membawa berkah. Di Ciamis, tempat ane kecil dan dibesarkan, angka perceraian di kalangan PNS sangat tinggi. Yang lebih memprihatinkan… nangis deh…. 75 persen perempuan  yang menggugat cerai suaminya itu adalah guru sakola dasar alias SD. Alasannya karena sudah menikmati penghasilan tinggi dari tunjangan sertifikasi guru dengan kate lain… lain kate… terserah mau yang mana, saya binung… eh bingung, penghasilan istri lebih besar daripada suami… Nah..lho. Bingungkan… Penghasilan kecil ngomel… Penghasilan gede…. Kabur deh….

Satu lagi yang menyedihkan, di saat guru-guru PNS ini menikmati penghasilan yang lumayan, guru-guru honorer masih jumpalitan… uuu..hh bahasanya, mengejar setoran agar dapur tetap ngebul. Telinga kita tidak tuli kan, sering mendengar keluhan para guru honore, ari kawajiban mah sarua ceunah, tapi duitna geuning beda… Tah ieu nu kudu didangukeun ku para wakil rakyat sareung pamarentah teh. Kasian sebab mereka juga sama-sama guru. Kalau bisa mah jangan ada istilah guru pns, guru honorer, guru yayasan, guru bantu, atau gu gurubugan. Tah mudah-mudah dengan menteri pendidikan sekarang Bapak Anies Baswedan tidak ada lagi kesenjangan di antara guru-guru tersebut.


Guru siapa pun itu, tidak hanya guru di sekolah karena guru ngaji juga sama dengan guru harus kita hormati. Penghargaan kepada guru jangan hanya sebatas kepada guru tanpa tanda jasa. Sebab guru juga manusia… bukan hanya rocker yang manusia. So… bahasa inggris, maklumlah kudu bisa, sebentar lagi kan MEA, tahu kaga MEA? Masyarakat Ekonomi Asean, guru jangan lagi dikebiri seperti bapak Oemar Bakri di jaman orde baru.