Gambar dari Google
Kemarin,
Selasa, 9 Desember 2014 berbagai aksi dalam memperingati, Hari Anti Korupsi
Dunia digelar di hampir seluruh daerah di tanah air. Dari mulai membentangkan
spanduk raksasa, aksi teatrikal, hingga tulisan dengan darah. Wow… Saking
hebatnya kata korupsi sudah menjadi bahasa laten dunia. Yang paling menarik dari
aksi-aksi memperingati Hari Anti Korupsi adalah adanya pembacaan proklamasi
rakyat Indonesia antikorupsi yang digelar di Lapangan Krisdosono, Yogyakarta.
Butir
dari “teks” proklamasi rakyat Indonesia antikorupsi berbunyi kami menyadari bahwa sesungguhnya korupsi adalah
bagian dari budaya Indonesia. Coba anda bayangkan korupsi adalah bagian dari
budaya? Sedangkan budaya itu opo?
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Itu menurut teori Mbah
Wikipedia bahasa Indonesia. Merunut definisi Mbah Wiki tadi bisa diartikan
bahwa korupsi itu sudah ada sejak ada jaman dahulu alias turun temurun.
Kita
generasi sekarang jangan malu lah mengakui itu. Bagi urang Sunda (Kalau Orang Sunda tidak tahu berarti bukan Orang
Sunda) mungkin pernah mendengar istilah atau kata dar ma ji. Darmaji ini
adalah akronim dari dahar lima ngaku hiji
(makan lima ngaku satu). Orang jaman dulu… sering makan di warung-warung
pinggir jalan sambil minum teh atau kopi. Setelah selesai makan baru dihitung
apa saja makanan yang dimakan kemudian dibayar sesuai dengan harga makanannya.
Bila makan lima ya.. dibayar lima, bila makan dua ya.. dibayar dua. Yang darmaji makan lima dibayar satu. Jelas
ini adalah perbuatan korupsi. Mungkin bagi anda-anda, saudara-saudara yang
sering makan di cafe mah kaga bakalan
begini. Yang ada mungkin… bukan
berprasangka buruk padahal iya, duit
hasil korupsi dipake buat bayarin
makanan dan minuman yang dihabiskan di café. Betul gak? Tidak usah dijawab.
Cukup anggukan kepala saja. He.. he..
Negara
kita ini memang aneh bin ajaib. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mau
menjadi pejabat, PNS, wakil rakyat selalu diutamakan orang yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan pengangkatan mereka di atas sumpah agamanya
masing-masing. Pertanyaannya sederhana. Mengapa korupsi semakin menggurita.
Yang disumpah saja korupsi apalagi yang tidak disumpah? Tapi bukan saya lho… Sumpah hanya cukup sampai di bibir
saja padahal sumpah itu mengikat lho
sama Yang Di Atas. Gak takut dosa ape?
Mereka
yang ketahuan korupsi (karena banyak juga yang tidak ketahuan korupsi) pasti
saya yakin sekali sudah terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Tau kan hedonisme.
Itu tuh.. yang berpandangan bahwa hidup
itu hanya memenuhi kebutuhan duniawi. Mereka lupa agama, lupa akan halal dan
haram. Iiiyyy…. Mengerikan. Nah penduduk negeri ini, walaupun banyak
muslimnya, banyak mesjidnya sudah dirasuki gaya hidup hedonisme. Lihatlah di sekitar kita, mobil mewah, rumah mewah, barang
elektronik terbaru, hura-hura, pesta-pesta, sudah dianggap biasa. Bila tidak
ikut-ikutan. Ketinggalan jaman katenye.
Ghawattt…. Lihat di stopan para pengamen, peminta-minta, dah pake telepon genggam, mungkin juga Blackberry. Wuish.. hebat kan? Saya aja kalah.. Masih telepon genggam jadule he.. he…
Pertanyaan
terakhir. Mengapa korupsi merajalela di negara tercinta ini? Ayo… Coba kasih
bocoran! Jawabannya karena negara kita
sayang sama koruptor. Di negara kita tidak pernah ada koruptor yang dihukum
mati. Sebaliknya koruptor selalu diberi remisi alias pengurangan kurungan.
Enak, begitu keluar dari bui, kekayaan masih em… banyak. Masih cukup untuk tujuh turunan. Tidak ada
sangsi sosial. Yang ada diangkat jadi pupuhu
kampong, ketua RT, RW, DKM, de el el.
Berita terbaru… Tengok hasil Munas IX Partai Golkar versi ARB di Bali. Seorang
Nuridin Halidin mantan terpidana korupsi diangkat menjadi Wakil Ketua Partai
Golkar. Di Sumedang Bupati Sumedang yang sudah menjadi tersangka korupsi, masih
wara wiri, bebas berkeliaran. Enak
kan? Negara ini begitu sayang sama koruptor.
Korupsi
di negara kita sangat menyedihkan. Aduhhh…
Jadi pingin nangis deh. Pelakunya
rata-rata orang berduit. Keserakahan telah menutupi hati mereka. Coba
bandingkan dengan maling motor yang ketahuan warga. Mereka dibakar broy…, sampai mati. Maka mending korupsi
dibandingkan maling motor apalagi maling sandal. Eittt…s Itu salah. Lebih baik katakan tidak pada keduanya. Tapi
bagaimana kalau ada kesempatan? Ingat-ingat pesan Bang Napi,” Korupsi bisa
terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku tetapi korupsi juga bisa terjadi
karena ada kesempatan. Waspadalah!!! Waspadalah!!! Waspadalah!!!
Untuk
menghindari korupsi tidak usahlah main sumpah-sumpahan. Buktinya sampai hari
ini belum terdengar kabar yang digantung di Monas. Bohong besar… Untuk
menghindari korupsi cukuplah dengan sabar shalat yang khusyu. Di jamin shalat
khusyu itu akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Makanya apabila terdengar
orang korupsi tetapi sering shalat itu tandanya shalatnya belum khusyu. Masih
mikirin duniawi. Betuk ga?
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar