Rabu, 10 Desember 2014

Korupsi? Apaan Tuh???

Gambar dari Google

Kemarin, Selasa, 9 Desember 2014 berbagai aksi dalam memperingati, Hari Anti Korupsi Dunia digelar di hampir seluruh daerah di tanah air. Dari mulai membentangkan spanduk raksasa, aksi teatrikal, hingga tulisan dengan darah. Wow… Saking hebatnya kata korupsi sudah menjadi bahasa laten dunia. Yang paling menarik dari aksi-aksi memperingati Hari Anti Korupsi adalah adanya pembacaan proklamasi rakyat Indonesia antikorupsi yang digelar di Lapangan Krisdosono, Yogyakarta.

Butir dari “teks” proklamasi rakyat Indonesia antikorupsi berbunyi kami  menyadari bahwa sesungguhnya korupsi adalah bagian dari budaya Indonesia. Coba anda bayangkan korupsi adalah bagian dari budaya? Sedangkan budaya itu opo? Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Itu menurut teori Mbah Wikipedia bahasa Indonesia. Merunut definisi Mbah Wiki tadi bisa diartikan bahwa korupsi itu sudah ada sejak ada jaman dahulu alias turun temurun.

Kita generasi sekarang jangan malu lah mengakui itu. Bagi urang Sunda (Kalau Orang Sunda tidak tahu berarti bukan Orang Sunda) mungkin pernah mendengar istilah atau kata dar ma ji. Darmaji ini adalah akronim dari dahar lima ngaku hiji (makan lima ngaku satu). Orang jaman dulu… sering makan di warung-warung pinggir jalan sambil minum teh atau kopi. Setelah selesai makan baru dihitung apa saja makanan yang dimakan kemudian dibayar sesuai dengan harga makanannya. Bila makan lima ya.. dibayar lima, bila makan dua ya.. dibayar dua. Yang darmaji makan lima dibayar satu. Jelas ini adalah perbuatan korupsi. Mungkin bagi anda-anda, saudara-saudara yang sering makan di cafe mah kaga bakalan begini. Yang ada  mungkin… bukan berprasangka buruk padahal iya, duit hasil korupsi dipake buat bayarin makanan dan minuman yang dihabiskan di cafĂ©. Betul gak? Tidak usah dijawab. Cukup anggukan kepala saja. He.. he..

Negara kita ini memang aneh bin ajaib. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mau menjadi pejabat, PNS, wakil rakyat selalu diutamakan orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan pengangkatan mereka di atas sumpah agamanya masing-masing. Pertanyaannya sederhana. Mengapa korupsi semakin menggurita. Yang disumpah saja korupsi apalagi yang tidak disumpah? Tapi bukan saya lho… Sumpah hanya cukup sampai di bibir saja padahal sumpah itu mengikat lho sama Yang Di Atas. Gak takut dosa ape?

Mereka yang ketahuan korupsi (karena banyak juga yang tidak ketahuan korupsi) pasti saya yakin sekali sudah terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Tau kan hedonisme. Itu tuh.. yang berpandangan bahwa hidup itu hanya memenuhi kebutuhan duniawi. Mereka lupa agama, lupa akan halal dan haram. Iiiyyy…. Mengerikan. Nah penduduk negeri ini, walaupun banyak muslimnya, banyak mesjidnya sudah dirasuki gaya hidup hedonisme. Lihatlah di sekitar kita, mobil mewah, rumah mewah, barang elektronik terbaru, hura-hura, pesta-pesta, sudah dianggap biasa. Bila tidak ikut-ikutan. Ketinggalan jaman katenye. Ghawattt…. Lihat di stopan para pengamen, peminta-minta, dah pake telepon genggam, mungkin juga Blackberry. Wuish.. hebat kan? Saya aja kalah.. Masih telepon genggam jadule he.. he…

Pertanyaan terakhir. Mengapa korupsi merajalela di negara tercinta ini? Ayo… Coba kasih bocoran!   Jawabannya karena negara kita sayang sama koruptor. Di negara kita tidak pernah ada koruptor yang dihukum mati. Sebaliknya koruptor selalu diberi remisi alias pengurangan kurungan. Enak, begitu keluar dari bui, kekayaan masih em… banyak.  Masih cukup untuk tujuh turunan. Tidak ada sangsi sosial. Yang ada diangkat jadi pupuhu kampong, ketua RT, RW, DKM, de el el. Berita terbaru… Tengok hasil Munas IX Partai Golkar versi ARB di Bali. Seorang Nuridin Halidin mantan terpidana korupsi diangkat menjadi Wakil Ketua Partai Golkar. Di Sumedang Bupati Sumedang yang sudah menjadi tersangka korupsi, masih wara wiri, bebas berkeliaran. Enak kan? Negara ini begitu sayang sama koruptor.

Korupsi di negara kita sangat menyedihkan. Aduhhh… Jadi pingin nangis deh. Pelakunya rata-rata orang berduit. Keserakahan telah menutupi hati mereka. Coba bandingkan dengan maling motor yang ketahuan warga. Mereka dibakar broy…, sampai mati. Maka mending korupsi dibandingkan maling motor apalagi maling sandal. Eittt…s Itu salah. Lebih baik katakan tidak pada keduanya. Tapi bagaimana kalau ada kesempatan? Ingat-ingat pesan Bang Napi,” Korupsi bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku tetapi korupsi juga bisa terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah!!! Waspadalah!!! Waspadalah!!!

Untuk menghindari korupsi tidak usahlah main sumpah-sumpahan. Buktinya sampai hari ini belum terdengar kabar yang digantung di Monas. Bohong besar… Untuk menghindari korupsi cukuplah dengan sabar shalat yang khusyu. Di jamin shalat khusyu itu akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Makanya apabila terdengar orang korupsi tetapi sering shalat itu tandanya shalatnya belum khusyu. Masih mikirin duniawi. Betuk ga?     

Tidak ada komentar: