Jumat, 12 Desember 2014

Petualangan Aa Ruslie : Ada Apa Denganmu?

Photo Dari Google

Setelah Ferdinand dan kawannya beranjak dari depanku, pikiranku yang lemah dalam hal mengingat orang mulai bekerja. Berputar-putar, menyusuri hutan, lautan, angkasa, padang pasir sampai menemukan suatu titik wajah yang dicari. Ohhh... Aku tahu sekarang. Lelaki yang berjalan dengan Ferdinand mirip dengan Ariel Noah, vokalis yang penah tersandung kasus esek-esek. Tanpa basa basi, aku segera berlari menyusul mereka.

Dengan napas ngos-ngosan aku berhasil menyusul mereka.
“Kang...! Kang.... Kang Ferdinand...!” Suaraku lantang memecah Jalan Dago.
Ferdinand dan kawannya menghentikan langkah kakinya yang akan menginjakkan kaki di jalan. Persis dengan adegan slow motion kakinya berhenti di udara. Begitu aku berdiri di depan mereka, aku hentakkan kakiku ke aspal dan kaki mereka pun kembali menginjakkan bumi.
“Punteun Kang ngaganggu,” kataku.
Mataku langsung memburu wajah di samping Ferdinand.
“Ariel ya?” kataku dengan seyakin-yakinnya.
“Bukan!”
“Ariel?”
“Bukan!”
“Ariel?” Aku tetap memaksa.
“Bukan!” Dia tetap teguh pada pendirianya.
“Ariel?” Aku tetap memaksa.
“Baiklah kalau akang memaksa saya memang Ariel.” Lelaki itu pun mengalah.
“Tapi tidak terlalu mirip. Kamu pasti bukan Ariel,” kataku.
Lelaki yang miri Ariel sepertinya kesal.
“Tadi saya bilang bukan akang ngotot, sekarang saya bilang iya akang bilang bukan. Maunya akang apa sih?”
“Oh.. maaf kamu emang mirip Ariel sih. Tapi sebenarnya kamu siapa sih?”
“Saya mah Aceng. Orang-orang sering memanggil saya Ariel karena wajah saya emang mirip Ariel.”
“Ohh..... Nama kamu persis nama teman saya yang orang Garut. Namanya Aceng tetapi bukan Aceng Fikri. Itu mah Aceng aja.”
“Saya juga orang Garut kang. Ti Cipanas. Boa-boa teman akang teman saya juga. Aceng guru bukan?”
Tah éta bener pisan, Aceng guru.”
“Ari kamu pemain band bukan. Mirip Ariel Noah geuning?”
“Iya saya juga punya grup band. Namanya Noong Ah! Makanya banyak yang manggil nama saya Ariel Noong Ah.”
“Ohhhh... kitu hebat oge manéh euy.”
Mendapat pujian seperti itu Aceng alias Ariel jadi nyorocos.
“Band Noong Ah aya sajarahna Kang!”
“Kumaha?”
“Cerita seperti ini.”
Ketika saya latihan band, tiba-tiba muncul Jang Ikin urang Majalengka. Dengan napas memburu dan tergopoh gopoh menghampiri tempat latihan.
“Barudak... Aya kabar alus. Luna Maya dan Krisdayanti sedang mandi di Citiis. Hayu utang kaditu!” Jang Ikin yang rada-rada berdarah panas untuk hal-hal beginian semangat empat lima mengajak kami.
“Noong ah!” kataku. (Noong = Ngintip)
Kami dengan langkah seribu alias setengah berlari melewati bekas galian pasir menuju Citiis. Bak tentara kami mengendap-endap dibalik barisan alang-alang yang memagari Citiis. Namun sejauh mata memandang, di atas beningnya air Citiis yang  ditemukan hanya dua ekor angsa yang sedang berenang. Kami saling berpandangan mata. Kepala bergoyang-goyang tidak percaya.

Dalam senyap. Dalam ketidakpercayaan. Angin melenggang kangkung, berbisik di antara barisan alang-alang. Mulut terkunci karena kekecewaan. Hanya kepala, tangan, dan kaki yang bicara. Tiba-tiba sebuah suara serak bak kilat memecah keheningan.
“Barudak keur naraon di dieu?” Ngadeupong jiga tentara?”
Belum sempat salah satu dari kami membuka mulut terdengar suara serak itu lagi.
“Pasti kalian sedang ngintip angsa saya ya? Si Luna dan Si Yanti? Telanjang kan?”
Orang tua itu tertawa,tergelak hingga mengeluarkan air mata. Sejak itu itu teman-teman saya selalu meledek saya “Noong Ah... Noong Ah....” Maka band saya pun dinamai Noong Ah Band. Ariel... ehhh... Aceng pun menutup pembicaraan.

Matahari mulai menggelitik kulit. Tandanya hari semakin siang. Ferdinand yang berdiri sejajar dengan Ariel mulai gelisah. Kepala botak digaruk garuk tak gatal.
“Ayo buruan kita mau latihan nih!” Tangan kanannya menggenggam Ariel.
Ariel terlihat diam. Pikirannya seperti melayang.
“Ada apa denganmu Riel,” tanyaku.
“Ohh ga apa-apa kang. Cuma saya jadi ingat sama Aceng guru. Jangan-jangan dia teman akang. Tapi sudahlah... Saya pergi dulu..”


Ariel dan Ferdinand pergi meninggalkanku. Dalam arena car free day Dago yang semakin siang dan ramai ini aku memikirkan temanku Kang Aceng guru. Sudah lama kami tidak bertemu. Mungkinkah saya bertemu lagi dengannya? Ikuti petualangan Aa Ruslie berikutnya!

Tidak ada komentar: