Setelah
Ferdinand dan kawannya beranjak dari depanku, pikiranku yang lemah dalam hal
mengingat orang mulai bekerja. Berputar-putar, menyusuri hutan, lautan,
angkasa, padang pasir sampai menemukan suatu titik wajah yang dicari. Ohhh...
Aku tahu sekarang. Lelaki yang berjalan dengan Ferdinand mirip dengan Ariel
Noah, vokalis yang penah tersandung kasus esek-esek. Tanpa basa basi, aku
segera berlari menyusul mereka.
Dengan
napas ngos-ngosan aku berhasil
menyusul mereka.
“Kang...!
Kang.... Kang Ferdinand...!” Suaraku lantang memecah Jalan Dago.
Ferdinand
dan kawannya menghentikan langkah kakinya yang akan menginjakkan kaki di jalan.
Persis dengan adegan slow motion kakinya
berhenti di udara. Begitu aku berdiri di depan mereka, aku hentakkan kakiku ke
aspal dan kaki mereka pun kembali menginjakkan bumi.
“Punteun Kang
ngaganggu,” kataku.
Mataku
langsung memburu wajah di samping Ferdinand.
“Ariel
ya?” kataku dengan seyakin-yakinnya.
“Bukan!”
“Ariel?”
“Bukan!”
“Ariel?”
Aku tetap memaksa.
“Bukan!”
Dia tetap teguh pada pendirianya.
“Ariel?”
Aku tetap memaksa.
“Baiklah
kalau akang memaksa saya memang Ariel.” Lelaki itu pun mengalah.
“Tapi
tidak terlalu mirip. Kamu pasti bukan Ariel,” kataku.
Lelaki
yang miri Ariel sepertinya kesal.
“Tadi
saya bilang bukan akang ngotot,
sekarang saya bilang iya akang bilang
bukan. Maunya akang apa sih?”
“Oh..
maaf kamu emang mirip Ariel sih. Tapi sebenarnya kamu siapa sih?”
“Saya
mah Aceng. Orang-orang sering memanggil saya Ariel karena wajah saya emang
mirip Ariel.”
“Ohh.....
Nama kamu persis nama teman saya yang orang Garut. Namanya Aceng tetapi bukan
Aceng Fikri. Itu mah Aceng aja.”
“Saya
juga orang Garut kang. Ti Cipanas. Boa-boa teman akang teman saya juga. Aceng guru bukan?”
“Tah éta bener pisan, Aceng guru.”
“Ari
kamu pemain band bukan. Mirip Ariel Noah geuning?”
“Iya
saya juga punya grup band. Namanya Noong
Ah! Makanya banyak yang manggil nama saya Ariel Noong Ah.”
“Ohhhh...
kitu hebat oge manéh euy.”
Mendapat
pujian seperti itu Aceng alias Ariel jadi nyorocos.
“Band
Noong Ah aya sajarahna Kang!”
“Kumaha?”
“Cerita
seperti ini.”
Ketika
saya latihan band, tiba-tiba muncul Jang Ikin urang Majalengka. Dengan napas memburu dan tergopoh gopoh
menghampiri tempat latihan.
“Barudak...
Aya kabar alus. Luna Maya dan
Krisdayanti sedang mandi di Citiis. Hayu
utang kaditu!” Jang Ikin yang rada-rada
berdarah panas untuk hal-hal beginian semangat empat lima mengajak kami.
“Noong ah!” kataku.
(Noong = Ngintip)
Kami
dengan langkah seribu alias setengah berlari melewati bekas galian pasir menuju
Citiis. Bak tentara kami
mengendap-endap dibalik barisan alang-alang yang memagari Citiis. Namun sejauh mata memandang, di atas beningnya air Citiis yang ditemukan hanya dua ekor angsa yang sedang
berenang. Kami saling berpandangan mata. Kepala bergoyang-goyang tidak percaya.
Dalam
senyap. Dalam ketidakpercayaan. Angin melenggang kangkung, berbisik di antara
barisan alang-alang. Mulut terkunci karena kekecewaan. Hanya kepala, tangan,
dan kaki yang bicara. Tiba-tiba sebuah suara serak bak kilat memecah
keheningan.
“Barudak keur naraon di
dieu?” Ngadeupong jiga tentara?”
Belum
sempat salah satu dari kami membuka mulut terdengar suara serak itu lagi.
“Pasti
kalian sedang ngintip angsa saya ya? Si Luna dan Si Yanti? Telanjang kan?”
Orang
tua itu tertawa,tergelak hingga mengeluarkan air mata. Sejak itu itu
teman-teman saya selalu meledek saya “Noong
Ah... Noong Ah....” Maka band saya pun dinamai Noong Ah Band. Ariel... ehhh... Aceng pun menutup pembicaraan.
Matahari
mulai menggelitik kulit. Tandanya hari semakin siang. Ferdinand yang berdiri
sejajar dengan Ariel mulai gelisah. Kepala botak digaruk garuk tak gatal.
“Ayo
buruan kita mau latihan nih!” Tangan kanannya menggenggam Ariel.
Ariel
terlihat diam. Pikirannya seperti melayang.
“Ada
apa denganmu Riel,” tanyaku.
“Ohh
ga apa-apa kang. Cuma saya jadi ingat sama Aceng guru. Jangan-jangan dia teman
akang. Tapi sudahlah... Saya pergi dulu..”
Ariel
dan Ferdinand pergi meninggalkanku. Dalam arena car free day Dago yang semakin siang dan ramai ini aku memikirkan
temanku Kang Aceng guru. Sudah lama kami tidak bertemu. Mungkinkah saya bertemu
lagi dengannya? Ikuti petualangan Aa Ruslie berikutnya!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar