Banyaknya
kendaraan lalu lalang di jalan raya, baik roda dua maupun roda empat, bisa jadi
menunjukkan bahwa masyarakat kita sudah mangalami peningkatan dalam taraf
hidupnya. Tidak percaya? Coba kita lihat, mbak jamu gendong sekarang berubah
menjadi mbak jamu motor… Maksudnya sekarang , gendongan jamunya bersender
nyaman di bahu sepeda motor, jadi tidak usah lagi berteriak, jamu… jamu… sambil
jalan kaki menggendong bakul jamunya. Mang baso, mang sate, mang buah, mang
roti, mang sayur, dan mamang-mamang lainnya pun naik pangkat, dari memakai
gerobak dorong sekarang berubah menjadi motor sate, motor sayur, motor baso, dan motor-motor lainnya. Semua
menyesuaikan dengan jaman sekarang alias jaman kendaraan bermotor.
Yang
lebih hebat lagi ada yang sampai naik pangkat dua kali lipat seperti mang sayur
bermobil, pedagang kali lima bermobil, mang baso bermobil, ya… pokoknya mamang-mamang
yang bermobil saja. Yang terbaru, mang becak tidak usah lagi mengayuh becaknya
karena sudah digantikan oleh motor. Mungkin terinspirasi dari mang odong-odong yang
berseliweran di sekitar rumah penduduk. Cara mereka mendapatkan kendaraan
bermotor dengan cara kredit atau tunai itu bukan urusan saya, itu mah urusan
rahasia dapur mereka. Bocoran dikit, kalau saya mah terus terang memindahkan
motor dari dealer ke halaman rumah gara-gara BBM naik, alasan atau alasan yang
dibuat-buat, biar hemat ongkos traspor ke tempat kerja. He.. he.. he….
Banyaknya
kendaraan pribadi di jalan raya membuat supir angkutan umum cemberut sebabnya
pendapatan mereka berkurang. Entah siapa yang salah? Yang pasti eksodus para pengguna angkutan umum ke
angkutan pribadi salah satunya karena tidak nyamannya naik angkutan umum.
Sebabnya? Cari sendiri. Dah banyak keluhan masyarakat yang dimuat di media
cetak dan media elektronik.
Banyaknya
kendaraan umum di jalan raya bukannya memecahkan masalah transportasi.
Kemacetan? Itu mah sudah jelas. Namun ada satu yang membuat saya menggelitik
dan ingin menuliskannya. Kelihatannya sepele namun menjengkelkan. Sering kita
melihat pengemudi roda dua maupun roda empat membuang kuntung rokok sembarangan. Baik ketika
kendaraan berhenti di lampu merah atau sedang melaju dengan lambat ataupun
kencang. Mungkin kita semua sering melihat percikan api yang tiba-tiba keluar
dari kolong mobil yang berasal dari kuntung rokok yang tersapu oleh laju mobil.
Atau sedang tenang mengendarai motor tiba-tiba motor di depannya melemparkan kuntung
rokok. Meskipun tidak mengenai kita tetapi sangat menjengkelkan.
Terlintas
dalam pikiran saya prasangka negatif. Itu yang bawa kendaraan (motor/mobil)
berpendidikan tidak? Jika melihat fisik motor dan mobilnya, rata-rata masih
bagus. Dan tentunya sudah memiliki SIM dong. Artinya sudah mengerti tata tertib
berlalu lintas. Membuang sebiji kuntung rokok memang tidak akan menimbulkan
tumpukkan kuntung rokok yang dapat
membuat kemacetan. Namun prilakunya itu dapat membuat orang lain celaka. Gimana
jika kuntung rokoknya masih menyala dan mengenai tangki bensin? Kan bahaya.
Mari
kita bersama-sama menjaga jalan raya dari ‘hujan’ kuntung rokok yang biarpun
kecil dapat menggangu pengguna jalan yang lain. Membuang kuntung rokok di jalan
raya sama saja dengan menunjukkan prilaku egois alias pingin untung sendiri. Sebelum
‘hujan’ kuntung rokok terjadi cegahlah dengan berhenti merokok saat
berkendaraan. Setuju?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar