Kamis, 20 November 2014

Ahok Gubernur DKI Jakarta

Gambar dari Google






Hore.... Ahok jadi gubernur Jakarta, itu kata pendukung Ahok. Sialan..... Ahok jadi Gubernur Jakarta, itu bagi yang menolak Ahok jadi Gubernur Jakarta. Dilantiknya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menimbulkan gejolak yang luar biasa di Betawi sono. Lucunya, ha..ha... rekan-rekan politik Ahok yang dulu mendukung Ahok berbalik menyerangnya. Padahal dari kacamata konstitusi, wuish.... konstitusi (kaya yang ngerti aja) Ahok emang berhak menduduki kursi empuk gubernur Jakarta. Harusnya orang-orang yang mengaku anggota dewam”WAJIB” ngerti, soale... mereka kan yang bikin konstitusi. Aneh tapi nyata kan.

Yang lebih seru lagi, adanya penolakan dari ormas berlabel islam yang saya baca, lihat, dan dengar di media-media cetak dan elektronik membuat keributan menolak Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta. Bahkan belakangan saya dengar akan membuat gubernur Jakarta tandingan alias tidak mengakui Ahok sebagai pimpinan mereka.

Kalau pendapat pribadi nih..... Ahok menjadi gubernur Jakarta tidak ape-ape, alah belagu jadi orang Betawi. Soale... konstitusi yang dibikin bapak-bapak, ibu-ibu, mamang-mamang, bibi-bibi, aa-aa, eteh-eteh, yang duduk di kursi empuk senayan saya dibuat seperti itu. Dan kita sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) ciee...h harus bangga dong, WNI yang baik harus turut pada konstitusi. Kalau tidak ya.... bisa masuk bui.

Sebaiknya kita berpikir dewasa saja lah, daripada demo, rusuh menggangu masyarakat yang lain. Lebih baik kita berprasangka baik dulu, kasih kesempatan sama si engko untuk bekerja. Nah.... Bila di tengah jalan si engko ada masalah baru digruduk rame-rame. Sebagai muslim kite harus berjiwa besar. Kita harus tunjukkan bahwa islam itu rahmat bagi semua alam, semua manusia, semua bangsa, pokoknye bagi semua yang hidup di alam dunia, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Mari kita renungkan, di Sumedang, yang bapak bupatinya beragama islam, dan sudah ditetapkan sebagai tersangka korupsi pula, wara wiri. tidak tahu malu masih enak-enakan duduk di kursi bupati. PPP, yang katanya partai berideologi islam, terpecah, ribut menjadi dua kubu. Malu-maluin rebutan kekuasaan. Mereka sudah tidak ingat bahwa sesama muslim itu satu tubuh, apabila yang satu sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit. Saya yakin tidak semua orang muslim yang mempunyai jabatan seperti itu tetapi berkaca dari pengamatan, bahwa saudara-saudara kita yang sudah mencicipi kekuasaan suka lupa akan nilai-nilai keislamannya.

Kalau umat islam tidak mau peristiwa Ahok terulang, menjadi pemimpin non islam yang menjadi pemimpin di antara mayoritas penduduk islam, sebaiknya buru-buru nyiapin generasi muslim dari sekarang, jangan menunggu lima tahun lagi. Bumikan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari. Jangan ada lagi terdengar, orang islam berkelakuan non islam. Tunjukkan bahwa islam itu damai, indah, toleran, punya harga diri, jangan sebaliknya. Maaf jadi rada-rada es mos shi. Kita jangan hanya besar pada saat hari-hari besar keagamaan saja. Mari kita penuhi mesjid-mesjid dengan shalat berjamaah. Sebab saya termasuk orang yang sangat yakin shalat akan mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Menciptakan pemimpin islam yang berkualitas itu dari mesjid bukan dari sekolah-sekolah yang tinggi. Percaya tidak?  

Tidak ada komentar: