Gambar dari Google
Hore....
Ahok jadi gubernur Jakarta, itu kata pendukung Ahok. Sialan..... Ahok jadi
Gubernur Jakarta, itu bagi yang menolak Ahok jadi Gubernur Jakarta. Dilantiknya
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menimbulkan gejolak yang luar biasa di Betawi
sono. Lucunya, ha..ha... rekan-rekan
politik Ahok yang dulu mendukung Ahok berbalik menyerangnya. Padahal dari
kacamata konstitusi, wuish....
konstitusi (kaya yang ngerti aja) Ahok emang berhak menduduki kursi empuk
gubernur Jakarta. Harusnya orang-orang yang mengaku anggota dewam”WAJIB” ngerti, soale... mereka kan yang bikin
konstitusi. Aneh tapi nyata kan.
Yang
lebih seru lagi, adanya penolakan dari ormas berlabel islam yang saya baca,
lihat, dan dengar di media-media cetak dan elektronik membuat keributan menolak
Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta. Bahkan belakangan saya dengar akan membuat
gubernur Jakarta tandingan alias tidak mengakui Ahok sebagai pimpinan mereka.
Kalau
pendapat pribadi nih..... Ahok menjadi gubernur Jakarta tidak ape-ape, alah belagu jadi orang Betawi. Soale... konstitusi yang dibikin
bapak-bapak, ibu-ibu, mamang-mamang, bibi-bibi, aa-aa, eteh-eteh, yang duduk di
kursi empuk senayan saya dibuat seperti itu. Dan kita sebagai WNI (Warga Negara
Indonesia) ciee...h harus bangga
dong, WNI yang baik harus turut pada konstitusi. Kalau tidak ya.... bisa masuk
bui.
Sebaiknya
kita berpikir dewasa saja lah, daripada demo, rusuh menggangu masyarakat yang
lain. Lebih baik kita berprasangka baik dulu, kasih kesempatan sama si engko
untuk bekerja. Nah.... Bila di tengah jalan si engko ada masalah baru digruduk
rame-rame. Sebagai muslim kite harus
berjiwa besar. Kita harus tunjukkan bahwa islam itu rahmat bagi semua alam,
semua manusia, semua bangsa, pokoknye
bagi semua yang hidup di alam dunia, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Mari
kita renungkan, di Sumedang, yang bapak bupatinya beragama islam, dan sudah
ditetapkan sebagai tersangka korupsi pula, wara
wiri. tidak tahu malu masih enak-enakan duduk di kursi bupati. PPP, yang
katanya partai berideologi islam, terpecah, ribut menjadi dua kubu. Malu-maluin
rebutan kekuasaan. Mereka sudah tidak ingat bahwa sesama muslim itu satu tubuh,
apabila yang satu sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit. Saya yakin
tidak semua orang muslim yang mempunyai jabatan seperti itu tetapi berkaca dari
pengamatan, bahwa saudara-saudara kita yang sudah mencicipi kekuasaan suka lupa
akan nilai-nilai keislamannya.
Kalau
umat islam tidak mau peristiwa Ahok terulang, menjadi pemimpin non islam yang
menjadi pemimpin di antara mayoritas penduduk islam, sebaiknya buru-buru
nyiapin generasi muslim dari sekarang, jangan menunggu lima tahun lagi. Bumikan
nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari. Jangan ada lagi terdengar, orang
islam berkelakuan non islam. Tunjukkan bahwa islam itu damai, indah, toleran,
punya harga diri, jangan sebaliknya. Maaf jadi rada-rada es mos shi. Kita jangan hanya besar pada saat hari-hari besar
keagamaan saja. Mari kita penuhi mesjid-mesjid dengan shalat berjamaah. Sebab
saya termasuk orang yang sangat yakin shalat akan mencegah dari perbuatan keji
dan munkar. Menciptakan pemimpin islam yang berkualitas itu dari mesjid bukan
dari sekolah-sekolah yang tinggi. Percaya tidak?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar