Setelah
menyimpan sepeda motor di kolong jembatan layang Pasupati, saya melangkahkan
kaki menuju Jalan Dago/Jalan Ir Haji Juanda. Tujuan saya adalah ke area Hari
Bebas Kendaraan Bermotor atau bahasa kerennya Car Free Day (CFD) Dago, yang
memanjang dari depan Taman Dago Cikapayang sampai belokan Jalan Dayang Sumbi. Matahari
sudah sangat terang dan terasa di kulit tangan. Padahal jam baru menunjukkan
pukul tujuh pagi. Di depan Dago Cikapayang, saya disambut tukang koran,
pembagian minuman gratis, serta brosur-brosur yang menawarkan makanan, perlengkapan
rumah tangga, informasi kegiatan (pameran, pentas seni) serta penginapan di
Kota Bandung.
Bergerak
ke Dago atas, pergerakan orang baik yang berjalan kaki maupun yang bersepeda
bercampur menjadi satu. Dan pemandangan pun semakin beragam. Di balik riuh
rendahnya pertempuran suara dan hilir mudiknya pengunjung CFD Dago terdapat
beberapa pemandangan yang sangar ganjil.
Pertama,
di antara ramainya orang yang hilir
mudik tertangkap mata beberapa orang yang dengan seenaknya merokok, baik sambil
berjalan ataupun nongkrong di area CFD
Dago. Yang lebih menyedihkan, kebanyakan yang merokok tersebut adalah anak-anak
muda, bahkan ada yang terlihat seperti kumpulan anak-anak setingkat sekolah
menengah pertama.
Kedua,
banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di atas rumput-rumput yang terlihat
kering, bukan di trotoar jalan. Bukan barang dagangannya saja yang disimpan di
atas rumput tetapi juga kendaraan roda duanya. Sementara pedagang kaki lima
yang menggunakan gerobak dapat dihitung dengan jari berada di area CFD alias
berjualan di atas Jalan Dago.
Ketiga,
terlihat pemandangan warga Bandung yang membawa binatang ke area CFD, terutama
anjing. Padahal terdapat larangan untuk membawa binatang ke area CFD sebab akan
mengganggu para pengunjung yang sedang menikmati sejuknya udara di area Jalan
Dago.
Keempat,
banyaknya sampah yang bertebaran di sepanjang area CFD, baik berupa
brosur-brosur atau pun bungkus bekas makanan yang dibuang sembarangan. Padahal
tempat sampah sudah disediakan di sekitar area CFD. Masih banyak pemandangan
yang kurang sedap dilihat di area CFD Dago, namun rasanya keempat masalah tadi
cukup mewakili ketidaknyamanan di area CFD Dago.
Dari
hasil berselancar di dunia maya diperoleh bahwa CFD dimulai sejak jaman krisis
minyak di tahun 70an di Amerika dan dilaksanakan di beberapa kota eropa mulai
awal tahun 90an. Acara CFD Internasional dimulai di negara-negara eropa pada
tahun 1999 sebagai proyek percontohan kampanye Uni Eropa “Kota tanpa Mobil”
(“In Town Without My Car”). Kampanye ini terus berlanjut dan telah dilaksanakan
di lebih dari 1500 kota di 40 negara melalui penutupan penggal jalanan dengan
berbagai kegiatan seperti festival jalanan, bazar, parade sepeda, dan kegiatan
lainnya. Di Indonesia, CFD pertama kali lahir di Kota Surabaya pada tahun 2000.
Tujuan
dari CFD sendiri adalah mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan
ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Seperti diketahui
banyaknya kendaraan bermotor sekarang ini telah membuat kualitas udara menjadi
berkurang. Dengan adanya CFD diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara serta
mengajak kepada masyarakat agar mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih
menggunakan transportasi alternatif
seperti kendaraan umum dan sepeda sebagaimana himbauan pemerintah Kota
Bandung.
Agar
area CFD nyaman dari permasalahan di atas, Pemkot Bandung sebenarnya sudah
memberikan solusinya. Ridwan Kamil yang akrab dipanggil Kang Emil selaku
Walikota Bandung sudah menegaskan akan menerapkan denda sampah sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 pasal 49 tentang Penyelenggaraan
Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan Kota. Warga yang membuang sampah,
kotoran, atau barang bekas serta dapat mengganggu ketertiban, kebersihan, dan
keindahan kota harus dikenakan denda sebesar Rp 5 juta. Cuma sedikit saran agar
tempat sampah di CFD Dago ditambah dan dibuat semenarik mungkin bukan sekedar
ember bekas cat yang warnanya sudah memudar.
Untuk
warga Kota Bandung yang ingin membawa jalan-jalan hewan peliharaannya tidak
usah khawatir, Pemkot Bandung sedang membuat taman tematik bernama Pet Park.
Taman seluas 1000 meter persegi tersebut akan berdiri di daerah Cilaki.
Komunitas pecinta dan penyayang binatang akan dimanjakan dengan fasilitas untuk
jogging bersama binatang, beberapa alat ketangkasan hewan, tempat sangkar atau istirahat
hewan. Rencananya taman ini akan diluncurkan bulan November ini.
CFD
Dago sebagai sarana untuk berolahraga, pertunjukkan kesenian, hiburan,
bersosialisasi dengan keluarga, teman, ataupun warga Kota Bandung khususnya
harus kita jaga dan pelihara bersama-sama. Kita jangan terlalu mengandalkan
pemerintah menjaga kenyamanan di area CFD Dago. Apabila kita mencintai area CFD
Dago mari kita jaga bersama-sama. Bentuknya sederhana saja, minimal tidak membuang sampah sembarangan dan tidak
merokok seenaknya. Untuk berjualan dapat
dilakukan di atas trotoar tanpa menggangu rumput-rumput di sekitarnya. Atau
pedagang kaki lima ditata di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan Jalan
Dago.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar