Selasa, 18 November 2014

Bahan Bakar Minyak (BBM) Naik





BBM Naik! Itu omongan rakyat biasa. Seandainya pejabat yang ngomong bukan seperti itu. Kira-kira seperti ini, BBM mengalami penyesuaian harga. Namun menyesuaikan dengan apa? Minyak dunia? Oh tentu tidak. Sebab harga minyak sekarang sedang dunia turun. Namun menurut Pak Owi subsidi BBM akan dialihkan untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Baiklah kalau begitu Pak. Saya bingung? Lha kok bingung? Gaji saya belum naik Pak?

Seperti biasa kenaikan BBM selalu memicu pro dan kontra. Nah ini hebatnya negeri kita. Pertarungan pilpres rupanya tidak akan pernah berakhir. Di dunia maya, dunianya para dedemit, setan gundul, abal-abal (sebagian lho... alias tidak semua dunia maya seperti itu) karena kalau dunia maya berubah menjadi dunia mimin, otomatis hanya dinikmati oleh Mang Iyan tukang bubur karena istrinya bernama Mimin orang Majalengka.

Balik ke masalah kenaikan BBM. Pendukung Pak Owo ramai-ramai bikin hanstag gigit jari alias turut berduka cita atas kenaikan BBM. Pendukung Pak Owi tidak mau kalah. Katanya BBM itu hanya dinikmati oleh orang beruang (bukan yang di kebun binatang) alias yang punya mobil emmm..banyak. Jadi kita mesti bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Boleh juga. Asal jangan sakit seterusnya, soalnya biaya kesehatan mahal. Ee...hh jangan takut kan ada kartu sakti. Tau ah... gelap.

Kalau saya ditanya mengenai kenaikan BBM. Jawaban saya, ya itu tadi BINGUNG??? Kok bisa? Bagi saya kenaikan BBM, sebesar dua ribu perak tidak masalah. Orang kaya. Bukan! Saya bukan orang kaya. Yang menjadi masalah itu buntut dari kenaikan BBM. Sebelum kenaikan BBM harga kebutuhan bahan pokok naik. Nah! Sekarang BBM naik, kebutuhan pokok naik, ongkos naik, harga-harga naik. Gaji? Belum naik. Bisa-bisa saya bangkrut dan turun kasta jadi penerima kartu sakti dari Pak Owi. Itu juga kalau tidak tau malu. Sudah bukan rahasia bantuan dari pemerintah itu selalu salah kamar. Orang-orang mampu yang penuh laga terang-terangan rebutan pingin dapat kartu sakti, ya kalau jaman Pa Beye mah BLT alias Bantuan Langsung Tunai.

Harga BBM sepertinnya tidak akan turun lagi. Meski pun mahasiswa, buruh, masyarakat demontrasi berdarah-darah. Ibarat pepatah anjing menggongong kafilah berlalu. Kalau kata Ibu Oneng mah anggap saja kenaikan BBM ini pil pahit, jadi telan saja. Semoga pil ini dapat menyembuhkan bukan malah menjadi racun yang mematikan alias semakin memisahkan jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. Yang menengah? Silahkan pilih mau terjun bebas ke jurang kemiskinan atau terbang menjadi orang kaya baru. Tetapi kalau sudah kaya harus tetap peduli ama yang tidak punya.

Saya sih sebenarnya berharap BBM itu tidak naik. Jika subsidi ini salah sasaran alias banyak dinikmati orang berduit kenapa Pak Owi tidak membatasi kendaraan, menyediakan transportasi yang nyaman, dan tentu saja memberantas mafi migas sesuai dengan janji Pak Owi ketika berpanas-panasan blusukan ke rumah warga.

BBM Naik. Ya sudah. Hidup harus terus berjalan. Bahasa anak sekarang mah kudu move on. Masih banyak jalan menuju roma. Semoga janji Pak Owi untuk mengalihkan subsidi BBM untuk infrasruktur, pendidikan, dan kesehatan tidak salah sasaran. Sebab mengharapkan BBM turun lagi itu tidak mungkin sebab masyarakat kita itu hanya pingin untung saja.Seandainya BBM turun, harga-harga tetep saja tidak akan turun. Betul ga?

Tidak ada komentar: