BBM
Naik! Itu omongan rakyat biasa. Seandainya pejabat yang ngomong bukan seperti
itu. Kira-kira seperti ini, BBM mengalami penyesuaian harga. Namun menyesuaikan
dengan apa? Minyak dunia? Oh tentu tidak. Sebab harga minyak sekarang sedang dunia
turun. Namun menurut Pak Owi subsidi BBM akan dialihkan untuk infrastruktur,
pendidikan, dan kesehatan. Baiklah kalau begitu Pak. Saya bingung? Lha kok
bingung? Gaji saya belum naik Pak?
Seperti
biasa kenaikan BBM selalu memicu pro dan kontra. Nah ini hebatnya negeri kita.
Pertarungan pilpres rupanya tidak akan pernah berakhir. Di dunia maya, dunianya
para dedemit, setan gundul, abal-abal (sebagian lho... alias tidak semua dunia
maya seperti itu) karena kalau dunia maya berubah menjadi dunia mimin, otomatis
hanya dinikmati oleh Mang Iyan tukang bubur karena istrinya bernama Mimin orang
Majalengka.
Balik
ke masalah kenaikan BBM. Pendukung Pak Owo ramai-ramai bikin hanstag gigit jari alias turut berduka
cita atas kenaikan BBM. Pendukung Pak Owi tidak mau kalah. Katanya BBM itu
hanya dinikmati oleh orang beruang (bukan yang di kebun binatang) alias yang
punya mobil emmm..banyak. Jadi kita mesti bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian. Boleh juga. Asal jangan sakit seterusnya, soalnya
biaya kesehatan mahal. Ee...hh jangan takut kan ada kartu sakti. Tau ah...
gelap.
Kalau
saya ditanya mengenai kenaikan BBM. Jawaban saya, ya itu tadi BINGUNG??? Kok
bisa? Bagi saya kenaikan BBM, sebesar dua ribu perak tidak masalah. Orang kaya.
Bukan! Saya bukan orang kaya. Yang menjadi masalah itu buntut dari kenaikan
BBM. Sebelum kenaikan BBM harga kebutuhan bahan pokok naik. Nah! Sekarang BBM
naik, kebutuhan pokok naik, ongkos naik, harga-harga naik. Gaji? Belum naik.
Bisa-bisa saya bangkrut dan turun kasta jadi penerima kartu sakti dari Pak Owi.
Itu juga kalau tidak tau malu. Sudah bukan rahasia bantuan dari pemerintah itu
selalu salah kamar. Orang-orang mampu yang penuh laga terang-terangan rebutan
pingin dapat kartu sakti, ya kalau jaman Pa Beye mah BLT alias Bantuan Langsung
Tunai.
Harga
BBM sepertinnya tidak akan turun lagi. Meski pun mahasiswa, buruh, masyarakat
demontrasi berdarah-darah. Ibarat pepatah anjing menggongong kafilah berlalu.
Kalau kata Ibu Oneng mah anggap saja kenaikan BBM ini pil pahit, jadi telan
saja. Semoga pil ini dapat menyembuhkan bukan malah menjadi racun yang
mematikan alias semakin memisahkan jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin. Yang menengah? Silahkan pilih mau terjun bebas ke jurang kemiskinan
atau terbang menjadi orang kaya baru. Tetapi kalau sudah kaya harus tetap
peduli ama yang tidak punya.
Saya
sih sebenarnya berharap BBM itu tidak naik. Jika subsidi ini salah sasaran
alias banyak dinikmati orang berduit kenapa Pak Owi tidak membatasi kendaraan,
menyediakan transportasi yang nyaman, dan tentu saja memberantas mafi migas
sesuai dengan janji Pak Owi ketika berpanas-panasan blusukan ke rumah warga.
BBM
Naik. Ya sudah. Hidup harus terus berjalan. Bahasa anak sekarang mah kudu move on. Masih banyak jalan menuju roma.
Semoga janji Pak Owi untuk mengalihkan subsidi BBM untuk infrasruktur,
pendidikan, dan kesehatan tidak salah sasaran. Sebab mengharapkan BBM turun
lagi itu tidak mungkin sebab masyarakat kita itu hanya pingin untung saja.Seandainya
BBM turun, harga-harga tetep saja tidak akan turun. Betul ga?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar