Siapa
yang tak kenal dengan lagu Guru Oemar Bakri yang dilantunkan oleh pahlawan asia
versi majalah Times. Lirik sederhana namun membumi. Oh… Hari ini adalah hari
guru nasional. Betul ga? Kalau ada guru yang tidak tahu, entar disemprot ama
Bang Haji Rhoma Irama. “Terlalu……” Nih ane kasih imformasi, Pemerintah
menetapkan Hari Guru Nasional adalah tanggal 25 November berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 78 tahun 1994. Tanggal ini tentunya bertepatan dengan lahirnya Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI). Gak percaya??? Tanyakan saja kepada bapak dan
ibu yang mengajar Sejarah Nasional Indonesia.
Omong-omong
soal guru, pasti hari gini bahagia doo…ng. Bandingkan dengan jamane Engkong Soeharto,
guru-guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, morat-marit untuk
mempertahankan kehidupannya. Guru ane di es em a, nyambi ngojek untuk menutupi
kebutuhan hidupnya. Sekarang, guru-guru utamenye… eh jadi rade-rade (ini bahasa apaan) betawi, guru-guru pns pada senang.
Selain dapat gaji gede juga dapat tunjangan sertifikasi plus gaji ke tiga
belas. Senengkan. Sampai-sampai teman sekantor ane sirik, enak bener ya jadi
pengajar.
Tapi
jangan salah. Gaji gede tidak selamanya membawa berkah. Di Ciamis, tempat ane
kecil dan dibesarkan, angka perceraian di kalangan PNS sangat tinggi. Yang
lebih memprihatinkan… nangis deh…. 75 persen perempuan yang menggugat cerai suaminya itu adalah guru
sakola dasar alias SD. Alasannya karena
sudah menikmati penghasilan tinggi dari tunjangan sertifikasi guru dengan kate
lain… lain kate… terserah mau yang mana, saya binung… eh bingung, penghasilan
istri lebih besar daripada suami… Nah..lho. Bingungkan… Penghasilan kecil
ngomel… Penghasilan gede…. Kabur deh….
Satu
lagi yang menyedihkan, di saat guru-guru PNS ini menikmati penghasilan yang
lumayan, guru-guru honorer masih jumpalitan…
uuu..hh bahasanya, mengejar setoran agar dapur tetap ngebul. Telinga kita
tidak tuli kan, sering mendengar keluhan para guru honore, ari kawajiban mah sarua ceunah, tapi duitna geuning beda… Tah ieu nu
kudu didangukeun ku para wakil rakyat sareung pamarentah teh. Kasian sebab
mereka juga sama-sama guru. Kalau bisa mah jangan ada istilah guru pns, guru
honorer, guru yayasan, guru bantu, atau gu
gurubugan. Tah mudah-mudah dengan menteri pendidikan sekarang Bapak Anies
Baswedan tidak ada lagi kesenjangan di antara guru-guru tersebut.
Guru
siapa pun itu, tidak hanya guru di sekolah karena guru ngaji juga sama dengan
guru harus kita hormati. Penghargaan kepada guru jangan hanya sebatas kepada
guru tanpa tanda jasa. Sebab guru juga manusia… bukan hanya rocker yang
manusia. So… bahasa inggris,
maklumlah kudu bisa, sebentar lagi kan MEA, tahu kaga MEA? Masyarakat Ekonomi
Asean, guru jangan lagi dikebiri seperti bapak Oemar Bakri di jaman orde baru.





