Senin, 24 November 2014

Oemar Bakri Tidak Lagi di Kebiri ???



Siapa yang tak kenal dengan lagu Guru Oemar Bakri yang dilantunkan oleh pahlawan asia versi majalah Times. Lirik sederhana namun membumi. Oh… Hari ini adalah hari guru nasional. Betul ga? Kalau ada guru yang tidak tahu, entar disemprot ama Bang Haji Rhoma Irama. “Terlalu……” Nih ane kasih imformasi, Pemerintah menetapkan Hari Guru Nasional adalah tanggal 25 November berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. Tanggal ini tentunya bertepatan dengan lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Gak percaya??? Tanyakan saja kepada bapak dan ibu yang mengajar Sejarah Nasional Indonesia.

Omong-omong soal guru, pasti hari gini bahagia doo…ng. Bandingkan dengan jamane Engkong Soeharto, guru-guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, morat-marit untuk mempertahankan kehidupannya. Guru ane di es em a, nyambi ngojek untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Sekarang, guru-guru utamenye… eh jadi rade-rade (ini bahasa apaan) betawi, guru-guru pns pada senang. Selain dapat gaji gede juga dapat tunjangan sertifikasi plus gaji ke tiga belas. Senengkan. Sampai-sampai teman sekantor ane sirik, enak bener ya jadi pengajar.

Tapi jangan salah. Gaji gede tidak selamanya membawa berkah. Di Ciamis, tempat ane kecil dan dibesarkan, angka perceraian di kalangan PNS sangat tinggi. Yang lebih memprihatinkan… nangis deh…. 75 persen perempuan  yang menggugat cerai suaminya itu adalah guru sakola dasar alias SD. Alasannya karena sudah menikmati penghasilan tinggi dari tunjangan sertifikasi guru dengan kate lain… lain kate… terserah mau yang mana, saya binung… eh bingung, penghasilan istri lebih besar daripada suami… Nah..lho. Bingungkan… Penghasilan kecil ngomel… Penghasilan gede…. Kabur deh….

Satu lagi yang menyedihkan, di saat guru-guru PNS ini menikmati penghasilan yang lumayan, guru-guru honorer masih jumpalitan… uuu..hh bahasanya, mengejar setoran agar dapur tetap ngebul. Telinga kita tidak tuli kan, sering mendengar keluhan para guru honore, ari kawajiban mah sarua ceunah, tapi duitna geuning beda… Tah ieu nu kudu didangukeun ku para wakil rakyat sareung pamarentah teh. Kasian sebab mereka juga sama-sama guru. Kalau bisa mah jangan ada istilah guru pns, guru honorer, guru yayasan, guru bantu, atau gu gurubugan. Tah mudah-mudah dengan menteri pendidikan sekarang Bapak Anies Baswedan tidak ada lagi kesenjangan di antara guru-guru tersebut.


Guru siapa pun itu, tidak hanya guru di sekolah karena guru ngaji juga sama dengan guru harus kita hormati. Penghargaan kepada guru jangan hanya sebatas kepada guru tanpa tanda jasa. Sebab guru juga manusia… bukan hanya rocker yang manusia. So… bahasa inggris, maklumlah kudu bisa, sebentar lagi kan MEA, tahu kaga MEA? Masyarakat Ekonomi Asean, guru jangan lagi dikebiri seperti bapak Oemar Bakri di jaman orde baru.

Sabtu, 22 November 2014

Vietnam! Kami Datang!





Kalimat itu harus diucapkan dengan lantang oleh pasukan Alfred Riedl menjelang pertarungan menghadapi Vietnam nanti malam. Bila para pemain dan penonton Indonesia tidak sanggup berteriak karena tenggorokannya kering, gatal-gatal, atau terlalu basah, nya pokona mah bermasalah we, cukup diteriakkan dalam hati aja. Atau bisik-bisik juga boleh. Intinya biar membakar semangat bertanding pemain garuda untuk memenangkan pertandingan.

Contohlah bobotoh persib, dengan semangat empat lima berteriak Palembang... Jakabaring kami datang. Teriakan ini diikuti semua pemain, pelatih, dan official Persib. Gak percaya.... Kudu percaya... Sebab kalau mereka berteriak Malang... Jawa Timur... kami datang. Itu salah alamat. Karena pertandingannya dilaksanakan di Stadion Jakabaring, Palembang. Kalau tetep datang ke Malang itu berarti Persib mendapat alamat palsu. Boa-boa itu mah surat ti Bonek ngajak tanding tanding ulang lawan Persebaya. Lebih parah lagi, Ayu Ting-ting ngambeuk da laguna disorobot ku Persib.

Supaya menang lawan Vietnam, coach Alfred Riedl, tah kieu ari loba teuing ningali liga-liga eropa teh, di ikutin lagi oleh para penyiar televisi, pelatih mah pelatih aja, ga usah coach-coach san. Diulang. Supaya menang lawanVietnam pelatih Alfred Riedl, ...tuh kan enak didengarnya, tidak usaha meniru-niru taktik ala eropa. Total football, kick and rush, tiki taka, ga bakalan cocok dengan pemain timnas Indonesia, kecuali Sergio Van Dijk dan Maitimo yang besar di negara Belanda. Pelatih Alfred saya sarankan cukup mendengarkan taktik dari Kang Opik dari negeri Borangan.

Mengapa harus Kang Opik? Jawabannya sederhana. Sebelum Persib melawan Persipura dalam perebutan juara Liga Super Indonesia, Kang Opik membisikan taktik kepada Kang Jajang Nurjaman lewat surat kabar. Begini katanya, Kang Jang! Supaya Persib Juara mah gampang. Kang Jajang mendengarkan dengan seurius, (lain seurius Kang Candil), sampai ka kumisnya merintil-merintil. Kang Opik diam. Bingung apa yang mau diomongkan. Kang Janur yang sudah tidak Sabar, tipopolotot bari morongos, “Gancang Opik?” Untung saja kumisnya tidak sampai muruluk. Kang Oping yang kaget disentak langsung menjawab sekenanya. Gini kata Kang Opik, “Omat Kang Jang, ulah ngoper bal ka musuh!” Kang Janur pun menganggukkan kepala.

Nah, usulan Kang Opik dapat digunakan oleh pelatih Timnas. Terbukti bisikan Kang Opik bisa menjadikan Persib Juara. Cuma perlu diingat bahwa Vietnam dan Indonesia mempunyai semangat baja pantang menyerah. Sejarah membuktikan Belanda dan Amerika yang pernah berperang melawan rakyat Indonesia dan Vietmam lari terbirit-birit ke negaranya. So..... may.... Pelatih Alfred harus waspada.

Untuk membakar semangat pemain timnas, kahade tong ngaduruk imah,mari kita dukung rame-rame agar Indonesia Juara AFF 2014. Indonesia jangan mengikuti Belanda di piala dunia yang spesialis juara kadua. Sekarang tibalah saatnya kita juara, sanes kitu Kang Emil? Kita tidak usaha menjual baju, hape, sepatu, motor apalagi menjual diri, demi untuk pergi ke Vietnam. Cukup nonton saja di rumah. Apalagi hujan gini, bisa sambil ngopi, bajigur, atau bandrek. Atau bagi bapak-bapak bisa sambil pegang istri. Tapi ingat jangan sampe ikut-ikutan mencetak gol. Nanti malu dong sama anak-anaknya.*** 

Kamis, 20 November 2014

Ahok Gubernur DKI Jakarta

Gambar dari Google






Hore.... Ahok jadi gubernur Jakarta, itu kata pendukung Ahok. Sialan..... Ahok jadi Gubernur Jakarta, itu bagi yang menolak Ahok jadi Gubernur Jakarta. Dilantiknya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menimbulkan gejolak yang luar biasa di Betawi sono. Lucunya, ha..ha... rekan-rekan politik Ahok yang dulu mendukung Ahok berbalik menyerangnya. Padahal dari kacamata konstitusi, wuish.... konstitusi (kaya yang ngerti aja) Ahok emang berhak menduduki kursi empuk gubernur Jakarta. Harusnya orang-orang yang mengaku anggota dewam”WAJIB” ngerti, soale... mereka kan yang bikin konstitusi. Aneh tapi nyata kan.

Yang lebih seru lagi, adanya penolakan dari ormas berlabel islam yang saya baca, lihat, dan dengar di media-media cetak dan elektronik membuat keributan menolak Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta. Bahkan belakangan saya dengar akan membuat gubernur Jakarta tandingan alias tidak mengakui Ahok sebagai pimpinan mereka.

Kalau pendapat pribadi nih..... Ahok menjadi gubernur Jakarta tidak ape-ape, alah belagu jadi orang Betawi. Soale... konstitusi yang dibikin bapak-bapak, ibu-ibu, mamang-mamang, bibi-bibi, aa-aa, eteh-eteh, yang duduk di kursi empuk senayan saya dibuat seperti itu. Dan kita sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) ciee...h harus bangga dong, WNI yang baik harus turut pada konstitusi. Kalau tidak ya.... bisa masuk bui.

Sebaiknya kita berpikir dewasa saja lah, daripada demo, rusuh menggangu masyarakat yang lain. Lebih baik kita berprasangka baik dulu, kasih kesempatan sama si engko untuk bekerja. Nah.... Bila di tengah jalan si engko ada masalah baru digruduk rame-rame. Sebagai muslim kite harus berjiwa besar. Kita harus tunjukkan bahwa islam itu rahmat bagi semua alam, semua manusia, semua bangsa, pokoknye bagi semua yang hidup di alam dunia, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Mari kita renungkan, di Sumedang, yang bapak bupatinya beragama islam, dan sudah ditetapkan sebagai tersangka korupsi pula, wara wiri. tidak tahu malu masih enak-enakan duduk di kursi bupati. PPP, yang katanya partai berideologi islam, terpecah, ribut menjadi dua kubu. Malu-maluin rebutan kekuasaan. Mereka sudah tidak ingat bahwa sesama muslim itu satu tubuh, apabila yang satu sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit. Saya yakin tidak semua orang muslim yang mempunyai jabatan seperti itu tetapi berkaca dari pengamatan, bahwa saudara-saudara kita yang sudah mencicipi kekuasaan suka lupa akan nilai-nilai keislamannya.

Kalau umat islam tidak mau peristiwa Ahok terulang, menjadi pemimpin non islam yang menjadi pemimpin di antara mayoritas penduduk islam, sebaiknya buru-buru nyiapin generasi muslim dari sekarang, jangan menunggu lima tahun lagi. Bumikan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari. Jangan ada lagi terdengar, orang islam berkelakuan non islam. Tunjukkan bahwa islam itu damai, indah, toleran, punya harga diri, jangan sebaliknya. Maaf jadi rada-rada es mos shi. Kita jangan hanya besar pada saat hari-hari besar keagamaan saja. Mari kita penuhi mesjid-mesjid dengan shalat berjamaah. Sebab saya termasuk orang yang sangat yakin shalat akan mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Menciptakan pemimpin islam yang berkualitas itu dari mesjid bukan dari sekolah-sekolah yang tinggi. Percaya tidak?  

Selasa, 18 November 2014

Bahan Bakar Minyak (BBM) Naik





BBM Naik! Itu omongan rakyat biasa. Seandainya pejabat yang ngomong bukan seperti itu. Kira-kira seperti ini, BBM mengalami penyesuaian harga. Namun menyesuaikan dengan apa? Minyak dunia? Oh tentu tidak. Sebab harga minyak sekarang sedang dunia turun. Namun menurut Pak Owi subsidi BBM akan dialihkan untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Baiklah kalau begitu Pak. Saya bingung? Lha kok bingung? Gaji saya belum naik Pak?

Seperti biasa kenaikan BBM selalu memicu pro dan kontra. Nah ini hebatnya negeri kita. Pertarungan pilpres rupanya tidak akan pernah berakhir. Di dunia maya, dunianya para dedemit, setan gundul, abal-abal (sebagian lho... alias tidak semua dunia maya seperti itu) karena kalau dunia maya berubah menjadi dunia mimin, otomatis hanya dinikmati oleh Mang Iyan tukang bubur karena istrinya bernama Mimin orang Majalengka.

Balik ke masalah kenaikan BBM. Pendukung Pak Owo ramai-ramai bikin hanstag gigit jari alias turut berduka cita atas kenaikan BBM. Pendukung Pak Owi tidak mau kalah. Katanya BBM itu hanya dinikmati oleh orang beruang (bukan yang di kebun binatang) alias yang punya mobil emmm..banyak. Jadi kita mesti bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Boleh juga. Asal jangan sakit seterusnya, soalnya biaya kesehatan mahal. Ee...hh jangan takut kan ada kartu sakti. Tau ah... gelap.

Kalau saya ditanya mengenai kenaikan BBM. Jawaban saya, ya itu tadi BINGUNG??? Kok bisa? Bagi saya kenaikan BBM, sebesar dua ribu perak tidak masalah. Orang kaya. Bukan! Saya bukan orang kaya. Yang menjadi masalah itu buntut dari kenaikan BBM. Sebelum kenaikan BBM harga kebutuhan bahan pokok naik. Nah! Sekarang BBM naik, kebutuhan pokok naik, ongkos naik, harga-harga naik. Gaji? Belum naik. Bisa-bisa saya bangkrut dan turun kasta jadi penerima kartu sakti dari Pak Owi. Itu juga kalau tidak tau malu. Sudah bukan rahasia bantuan dari pemerintah itu selalu salah kamar. Orang-orang mampu yang penuh laga terang-terangan rebutan pingin dapat kartu sakti, ya kalau jaman Pa Beye mah BLT alias Bantuan Langsung Tunai.

Harga BBM sepertinnya tidak akan turun lagi. Meski pun mahasiswa, buruh, masyarakat demontrasi berdarah-darah. Ibarat pepatah anjing menggongong kafilah berlalu. Kalau kata Ibu Oneng mah anggap saja kenaikan BBM ini pil pahit, jadi telan saja. Semoga pil ini dapat menyembuhkan bukan malah menjadi racun yang mematikan alias semakin memisahkan jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. Yang menengah? Silahkan pilih mau terjun bebas ke jurang kemiskinan atau terbang menjadi orang kaya baru. Tetapi kalau sudah kaya harus tetap peduli ama yang tidak punya.

Saya sih sebenarnya berharap BBM itu tidak naik. Jika subsidi ini salah sasaran alias banyak dinikmati orang berduit kenapa Pak Owi tidak membatasi kendaraan, menyediakan transportasi yang nyaman, dan tentu saja memberantas mafi migas sesuai dengan janji Pak Owi ketika berpanas-panasan blusukan ke rumah warga.

BBM Naik. Ya sudah. Hidup harus terus berjalan. Bahasa anak sekarang mah kudu move on. Masih banyak jalan menuju roma. Semoga janji Pak Owi untuk mengalihkan subsidi BBM untuk infrasruktur, pendidikan, dan kesehatan tidak salah sasaran. Sebab mengharapkan BBM turun lagi itu tidak mungkin sebab masyarakat kita itu hanya pingin untung saja.Seandainya BBM turun, harga-harga tetep saja tidak akan turun. Betul ga?

Senin, 17 November 2014

Hujan Kuntung Rokok di Jalan Raya


Banyaknya kendaraan lalu lalang di jalan raya, baik roda dua maupun roda empat, bisa jadi menunjukkan bahwa masyarakat kita sudah mangalami peningkatan dalam taraf hidupnya. Tidak percaya? Coba kita lihat, mbak jamu gendong sekarang berubah menjadi mbak jamu motor… Maksudnya sekarang , gendongan jamunya bersender nyaman di bahu sepeda motor, jadi tidak usah lagi berteriak, jamu… jamu… sambil jalan kaki menggendong bakul jamunya. Mang baso, mang sate, mang buah, mang roti, mang sayur, dan mamang-mamang lainnya pun naik pangkat, dari memakai gerobak dorong sekarang berubah menjadi motor sate, motor  sayur, motor baso, dan motor-motor lainnya. Semua menyesuaikan dengan jaman sekarang alias jaman kendaraan bermotor.

Yang lebih hebat lagi ada yang sampai naik pangkat dua kali lipat seperti mang sayur bermobil, pedagang kali lima bermobil, mang baso bermobil, ya… pokoknya mamang-mamang yang bermobil saja. Yang terbaru, mang becak tidak usah lagi mengayuh becaknya karena sudah digantikan oleh motor. Mungkin terinspirasi dari mang odong-odong yang berseliweran di sekitar rumah penduduk. Cara mereka mendapatkan kendaraan bermotor dengan cara kredit atau tunai itu bukan urusan saya, itu mah urusan rahasia dapur mereka. Bocoran dikit, kalau saya mah terus terang memindahkan motor dari dealer ke halaman rumah gara-gara BBM naik, alasan atau alasan yang dibuat-buat, biar hemat ongkos traspor ke tempat kerja. He.. he.. he….

Banyaknya kendaraan pribadi di jalan raya membuat supir angkutan umum cemberut sebabnya pendapatan mereka berkurang. Entah siapa yang salah? Yang pasti eksodus para pengguna angkutan umum ke angkutan pribadi salah satunya karena tidak nyamannya naik angkutan umum. Sebabnya? Cari sendiri. Dah banyak keluhan masyarakat yang dimuat di media cetak dan media elektronik.

Banyaknya kendaraan umum di jalan raya bukannya memecahkan masalah transportasi. Kemacetan? Itu mah sudah jelas. Namun ada satu yang membuat saya menggelitik dan ingin menuliskannya. Kelihatannya sepele namun menjengkelkan. Sering kita melihat pengemudi roda dua maupun roda empat membuang  kuntung rokok sembarangan. Baik ketika kendaraan berhenti di lampu merah atau sedang melaju dengan lambat ataupun kencang. Mungkin kita semua sering melihat percikan api yang tiba-tiba keluar dari kolong mobil yang berasal dari kuntung rokok yang tersapu oleh laju mobil. Atau sedang tenang mengendarai motor tiba-tiba motor di depannya melemparkan kuntung rokok. Meskipun tidak mengenai kita tetapi sangat menjengkelkan.

Terlintas dalam pikiran saya prasangka negatif. Itu yang bawa kendaraan (motor/mobil) berpendidikan tidak? Jika melihat fisik motor dan mobilnya, rata-rata masih bagus. Dan tentunya sudah memiliki SIM dong. Artinya sudah mengerti tata tertib berlalu lintas. Membuang sebiji kuntung rokok memang tidak akan menimbulkan tumpukkan kuntung rokok  yang dapat membuat kemacetan. Namun prilakunya itu dapat membuat orang lain celaka. Gimana jika kuntung rokoknya masih menyala dan mengenai tangki bensin? Kan bahaya.


Mari kita bersama-sama menjaga jalan raya dari ‘hujan’ kuntung rokok yang biarpun kecil dapat menggangu pengguna jalan yang lain. Membuang kuntung rokok di jalan raya sama saja dengan menunjukkan prilaku egois alias pingin untung sendiri. Sebelum ‘hujan’ kuntung rokok terjadi cegahlah dengan berhenti merokok saat berkendaraan. Setuju? 

Minggu, 16 November 2014

Car Free Day In Bandung





Setelah menyimpan sepeda motor di kolong jembatan layang Pasupati, saya melangkahkan kaki menuju Jalan Dago/Jalan Ir Haji Juanda. Tujuan saya adalah ke area Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau bahasa kerennya Car Free Day (CFD) Dago, yang memanjang dari depan Taman Dago Cikapayang sampai belokan Jalan Dayang Sumbi. Matahari sudah sangat terang dan terasa di kulit tangan. Padahal jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Di depan Dago Cikapayang, saya disambut tukang koran, pembagian minuman gratis, serta brosur-brosur yang menawarkan makanan, perlengkapan rumah tangga, informasi kegiatan (pameran, pentas seni) serta penginapan di Kota Bandung.
           
Bergerak ke Dago atas, pergerakan orang baik yang berjalan kaki maupun yang bersepeda bercampur menjadi satu. Dan pemandangan pun semakin beragam. Di balik riuh rendahnya pertempuran suara dan hilir mudiknya pengunjung CFD Dago terdapat beberapa pemandangan yang sangar ganjil.

Pertama, di antara ramainya orang  yang hilir mudik tertangkap mata beberapa orang yang dengan seenaknya merokok, baik sambil berjalan ataupun nongkrong di area CFD Dago. Yang lebih menyedihkan, kebanyakan yang merokok tersebut adalah anak-anak muda, bahkan ada yang terlihat seperti kumpulan anak-anak setingkat sekolah menengah pertama.


Kedua, banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di atas rumput-rumput yang terlihat kering, bukan di trotoar jalan. Bukan barang dagangannya saja yang disimpan di atas rumput tetapi juga kendaraan roda duanya. Sementara pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak dapat dihitung dengan jari berada di area CFD alias berjualan di atas Jalan Dago.

Ketiga, terlihat pemandangan warga Bandung yang membawa binatang ke area CFD, terutama anjing. Padahal terdapat larangan untuk membawa binatang ke area CFD sebab akan mengganggu para pengunjung yang sedang menikmati sejuknya udara di area Jalan Dago.

Keempat, banyaknya sampah yang bertebaran di sepanjang area CFD, baik berupa brosur-brosur atau pun bungkus bekas makanan yang dibuang sembarangan. Padahal tempat sampah sudah disediakan di sekitar area CFD. Masih banyak pemandangan yang kurang sedap dilihat di area CFD Dago, namun rasanya keempat masalah tadi cukup mewakili ketidaknyamanan di area CFD Dago.

Dari hasil berselancar di dunia maya diperoleh bahwa CFD dimulai sejak jaman krisis minyak di tahun 70an di Amerika dan dilaksanakan di beberapa kota eropa mulai awal tahun 90an. Acara CFD Internasional dimulai di negara-negara eropa pada tahun 1999 sebagai proyek percontohan kampanye Uni Eropa “Kota tanpa Mobil” (“In Town Without My Car”). Kampanye ini terus berlanjut dan telah dilaksanakan di lebih dari 1500 kota di 40 negara melalui penutupan penggal jalanan dengan berbagai kegiatan seperti festival jalanan, bazar, parade sepeda, dan kegiatan lainnya. Di Indonesia, CFD pertama kali lahir di Kota Surabaya pada tahun 2000.

Tujuan dari CFD sendiri adalah mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Seperti diketahui banyaknya kendaraan bermotor sekarang ini telah membuat kualitas udara menjadi berkurang. Dengan adanya CFD diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara serta mengajak kepada masyarakat agar mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi alternatif  seperti kendaraan umum dan sepeda sebagaimana himbauan pemerintah Kota Bandung.

Agar area CFD nyaman dari permasalahan di atas, Pemkot Bandung sebenarnya sudah memberikan solusinya. Ridwan Kamil yang akrab dipanggil Kang Emil selaku Walikota Bandung sudah menegaskan akan menerapkan denda sampah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 pasal 49 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan Kota. Warga yang membuang sampah, kotoran, atau barang bekas serta dapat mengganggu ketertiban, kebersihan, dan keindahan kota harus dikenakan denda sebesar Rp 5 juta. Cuma sedikit saran agar tempat sampah di CFD Dago ditambah dan dibuat semenarik mungkin bukan sekedar ember bekas cat yang warnanya sudah memudar.

Untuk warga Kota Bandung yang ingin membawa jalan-jalan hewan peliharaannya tidak usah khawatir, Pemkot Bandung sedang membuat taman tematik bernama Pet Park. Taman seluas 1000 meter persegi tersebut akan berdiri di daerah Cilaki. Komunitas pecinta dan penyayang binatang akan dimanjakan dengan fasilitas untuk jogging bersama binatang, beberapa alat ketangkasan hewan, tempat sangkar atau istirahat hewan. Rencananya taman ini akan diluncurkan bulan November ini.

CFD Dago sebagai sarana untuk berolahraga, pertunjukkan kesenian, hiburan, bersosialisasi dengan keluarga, teman, ataupun warga Kota Bandung khususnya harus kita jaga dan pelihara bersama-sama. Kita jangan terlalu mengandalkan pemerintah menjaga kenyamanan di area CFD Dago. Apabila kita mencintai area CFD Dago mari kita jaga bersama-sama. Bentuknya sederhana saja, minimal  tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merokok seenaknya.  Untuk berjualan dapat dilakukan di atas trotoar tanpa menggangu rumput-rumput di sekitarnya. Atau pedagang kaki lima ditata di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan Jalan Dago.