Jumat, 09 Januari 2015

Petualangan Aa Ruslie : Mencari Lelaki Jujur (Bagian Dua)

Photo Dari Google




Aku tatap bingkai photo berisikan mahluk-mahluk manis bin culun dan rada-rada muke gile. Kang Aceng dengan rambut grandong tersenyum lebar, saking lebarnya bibirnya pun jadi cewaw, mirip dalam salah satu kartun Benny & Mice. Menurut penelusuran Algaruteapedia, salah satu situs tidak terkenal dari Garut, Kang Aceng, sahabatku ini masih saudara jauh, jauh sekali dari Kang Aceng Fikri mantan orang paling penting di Garut yang tenar dan beken ke seluruh nagreg dan luar nagreg gara-gara kasus pernikahannya yang  teramat sangat singkat dengan gadis yang masih anak bawang. Seharusnya peristiwa ini dicatat dalam rekor Mang Muri atau Guinnes World Record sebagai pasangan ter.... silahkan isi sendiri. Hubungan Kang Aceng sahabatku dengan Kang Aceng ini adalah sama-sama namanya Aceng, trah Garut asli, bukan kw.

Kang Aceng dilahirkan dan dibesarkan oleh ayah bundanya di daratan Garut alias Swiss van Java, sebuah kota kecil yang terletak sekitar 63 KM di tenggara Kota Bandung. Seandainya Kang Aceng dilahirkan di Tiongkok ayah bundanya pasti kasih nama itu anak, A Cheng, Cheng Lie, Cheng Chuang Chang Chang, ya pokone serba Cheng lah asal jangan Ceng Mamad, da soalna éta ogé asli urang Garut. Kalau lahir di India, pastinya dia punya nama Khan Aceng (baca  : Kang Aceng) atau Amita Bah Ceng (bintang film India). Kalau lahir di Hollywood ayah bundanya bakal memberi nama Aceng Cruise atau Bradd Aceng, atau mungkin juga Geoge Aceng Clooney, ah moal aya eta mah, terlalu memaksakan, nanti tidak baik. Cukup Aceng saja asli dari Swiss Van Java, biar rada keren padahal Garut.

Aku mengenal Kang Aceng pada jamannya aku masih ganteng. Tapi bukan ganteng-ganteng sridomba (srigala berbulu domba). Tayangan-tayangan seperti itu belum hadir di layar kaca. Sekarang? Tetap gantenglah. Alasannya sederhana seandainya aku cantik, pasti kelelakianku dipertanyakan. Masa laki-laki cantik? Nanti aku disangka salah satu anggota Lady Boy, penari yang wara wiri pentas bin manggung di negeri tetangga Gajah Bengkak, upsss.... Gajah Putih, negaranya Mang Kosin Hathairattanakool yang pernah menjadi penjaga gawang Persib Bandung. Kang Aceng pria sederhana, jujur, lugu, dan bijaksana. Sifat yang dimiliki Kang Aceng ini timbul sebagai akibat tergila-gilanya beliau pada Iwan Fals. Maaf bukan Iwan Banna. Jadi wajar bila lirik lagu Hatta ini semacam inspirasi hidupnya.

Kang Aceng adalah lelaki humoris, lebih heboh daripada Tukul Arwana. Jika Tukul dapat membawakan acara empat mata, Kang Aceng bisa membawakan acara sepuluh mata sebab bintang tamunya Rahwana alias Dasamuka dari negeri Alengka. Kang Aceng lebih pemberani dibandingkan dengan Harry Pantja, lelaki pelontos pembawa acara dunia lain. Jika Harry Pantja berani menghadapi dunia lain, Kang Aceng lebih berani lagi menghadapi dunia lain-lain. Konon karena di dunia lain-lain alias terpencil kekurangan guru karena guru-guru yang sudah diangkat di daerah terpencil sebagian minta dimutasi ke daerah tidak terpencil alias kota, penghuni daerah terpencil menculik Kang Aceng untuk menjadi pengajar di sana. Kang Aceng bukannya menjadi takut, malahan senang karena sebagai balasan mengajar para orang tua murid daerah terpencil memberi hadiah Sang Oemar Bakri, sampeu sareung hui makanan kesukaannya.

Salah satu  kebiasaan buruk Kang Aceng adalah merokok seperti kereta api tidak pernah berhenti mengeluarkan asap baik dari mulut, hidung, telinga bahkan lubang anus yang mengeluarkan bau busuk sebusuk telur busuk. Tetapi itu masih bisa dimaklumi dan disyukuri karena Kang Aceng tidak pernah menikmati narkoba. Bandingkan dengan empat pejabat Garut yang kedapatan pakai sabu waktu di tes urine oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Garut. Bagaimana bisa orang-orang seperti itu menjadi teladan bagi warga Garut. Malu-maluin. Kang Aceng sering teribat pesta narkoba denganku. Tetapi narkoba dalam bahasa Jerman. Narkoba = N.. dahar, Ng.. ngaroko, Em... bareung.

Ingat Kang Aceng ingat jaman masa kuli... ah. Sebagai anak kost yang rada-rada kere alias sering kehabisan duit buat makan tidak usaha bingung. Aku mah tinggal hubungi no 022 sekian-sekian. Cukup datang ke kamar kontrakan Kang Aceng, pasti disuguhan. Dan aku suka pura-pura mau da lapar. Pilihan hidup aku dan Kang Aceng berbeda, beliau memilih menjadi Oemar Bakri, tetapi bukan Oemar Bakri jaman dulu yang banyak makan hati dan gajinya dikebiri. Sekarang mah Oemar Bakri sudah sejahtera walaupun sebagian masih banyak yang makan hati terutama yang berstatus honorer. Sedangkan aku memilih menjadi karyawan kelas sandal jepit dengan penghasilan tidak selangit tetapi cukup untuk beli wajit Cililin.

Puas memandangi bingkai photo jaman purbakala, aku mulai mencurat coret kertas putih untuk menuliskan keperluan selama perjalanan ke Garut. Pokoknya liburan yang cukup singkat dan padat ini akan aku manfaatkan untuk menemui sahabatku yang sudah lama tidak berjumpa. Dari radio kecil terdengar nyaring suara Iwan Fals melagukan Belum Ada Judul.
 Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap

Pernah kita sama sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah kau...

Lagu itu terus mengalun, menusuk hati, menembus dinding kamar kontrakan, mengurai masa silam yang tidak akan pernah kembali lagi. Kamar kontrakan sekelas sandal jepit ini menjadi saksi tentang persahabatan yang akan terus terjalin dan menjadi cerita bagi anak dan cucu kita.

Jam berdetak detik demi detik mendekati waktu shalat zuhur. Aku segera bergegas sekalian shalat zuhur di mesjid (ini wajib bagi laki-laki) sekalian makan siang, dan mencari keperluan untuk perjalan ke Garut.

Tidak ada komentar: