Photo Dari Google
Aku
tatap bingkai photo berisikan mahluk-mahluk manis bin culun dan rada-rada muke gile. Kang Aceng dengan rambut
grandong tersenyum lebar, saking lebarnya bibirnya pun jadi cewaw, mirip dalam salah satu kartun
Benny & Mice. Menurut penelusuran Algaruteapedia,
salah satu situs tidak terkenal dari Garut, Kang Aceng, sahabatku ini masih
saudara jauh, jauh sekali dari Kang Aceng Fikri mantan orang paling penting di
Garut yang tenar dan beken ke seluruh nagreg dan luar nagreg gara-gara kasus
pernikahannya yang teramat sangat
singkat dengan gadis yang masih anak bawang. Seharusnya peristiwa ini dicatat
dalam rekor Mang Muri atau Guinnes World
Record sebagai pasangan ter.... silahkan isi sendiri. Hubungan Kang Aceng
sahabatku dengan Kang Aceng ini adalah sama-sama namanya Aceng, trah Garut
asli, bukan kw.
Kang
Aceng dilahirkan dan dibesarkan oleh ayah bundanya di daratan Garut alias Swiss
van Java, sebuah kota kecil yang terletak sekitar 63 KM di tenggara Kota
Bandung. Seandainya Kang Aceng dilahirkan di Tiongkok ayah bundanya pasti kasih
nama itu anak, A Cheng, Cheng Lie, Cheng
Chuang Chang Chang, ya pokone
serba Cheng lah asal jangan Ceng
Mamad, da soalna éta ogé asli urang Garut. Kalau lahir di India, pastinya dia punya nama
Khan Aceng (baca : Kang Aceng) atau
Amita Bah Ceng (bintang film India). Kalau lahir di Hollywood ayah bundanya
bakal memberi nama Aceng Cruise atau Bradd Aceng, atau mungkin juga Geoge Aceng
Clooney, ah moal aya eta mah, terlalu
memaksakan, nanti tidak baik. Cukup Aceng saja asli dari Swiss Van Java, biar rada keren padahal Garut.
Aku
mengenal Kang Aceng pada jamannya aku masih ganteng. Tapi bukan ganteng-ganteng
sridomba (srigala berbulu domba). Tayangan-tayangan seperti itu belum hadir di
layar kaca. Sekarang? Tetap gantenglah. Alasannya sederhana seandainya aku
cantik, pasti kelelakianku dipertanyakan. Masa laki-laki cantik? Nanti aku
disangka salah satu anggota Lady Boy, penari
yang wara wiri pentas bin manggung di
negeri tetangga Gajah Bengkak, upsss.... Gajah
Putih, negaranya Mang Kosin Hathairattanakool yang pernah menjadi penjaga
gawang Persib Bandung. Kang Aceng pria sederhana, jujur, lugu, dan bijaksana.
Sifat yang dimiliki Kang Aceng ini timbul sebagai akibat tergila-gilanya beliau
pada Iwan Fals. Maaf bukan Iwan Banna. Jadi wajar bila lirik lagu Hatta ini semacam
inspirasi hidupnya.
Kang
Aceng adalah lelaki humoris, lebih heboh daripada Tukul Arwana. Jika Tukul
dapat membawakan acara empat mata, Kang Aceng bisa membawakan acara sepuluh mata
sebab bintang tamunya Rahwana alias Dasamuka dari negeri Alengka. Kang Aceng
lebih pemberani dibandingkan dengan Harry Pantja, lelaki pelontos pembawa acara
dunia lain. Jika Harry Pantja berani menghadapi dunia lain, Kang Aceng lebih
berani lagi menghadapi dunia lain-lain. Konon karena di dunia lain-lain alias
terpencil kekurangan guru karena guru-guru yang sudah diangkat di daerah
terpencil sebagian minta dimutasi ke daerah tidak terpencil alias kota,
penghuni daerah terpencil menculik Kang Aceng untuk menjadi pengajar di sana. Kang
Aceng bukannya menjadi takut, malahan senang karena sebagai balasan mengajar
para orang tua murid daerah terpencil memberi hadiah Sang Oemar Bakri, sampeu sareung hui makanan kesukaannya.
Salah
satu kebiasaan buruk Kang Aceng adalah
merokok seperti kereta api tidak pernah berhenti mengeluarkan asap baik dari
mulut, hidung, telinga bahkan lubang anus yang mengeluarkan bau busuk sebusuk
telur busuk. Tetapi itu masih bisa dimaklumi dan disyukuri karena Kang Aceng
tidak pernah menikmati narkoba. Bandingkan dengan empat pejabat Garut yang
kedapatan pakai sabu waktu di tes urine oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
Kabupaten Garut. Bagaimana bisa orang-orang seperti itu menjadi teladan bagi warga
Garut. Malu-maluin. Kang Aceng sering teribat pesta narkoba denganku. Tetapi
narkoba dalam bahasa Jerman. Narkoba = N.. dahar, Ng.. ngaroko, Em... bareung.
Ingat
Kang Aceng ingat jaman masa kuli... ah. Sebagai anak kost yang rada-rada kere
alias sering kehabisan duit buat makan tidak usaha bingung. Aku mah tinggal hubungi no 022
sekian-sekian. Cukup datang ke kamar kontrakan Kang Aceng, pasti disuguhan. Dan aku suka pura-pura mau da lapar. Pilihan hidup aku dan Kang
Aceng berbeda, beliau memilih menjadi Oemar Bakri, tetapi bukan Oemar Bakri
jaman dulu yang banyak makan hati dan gajinya dikebiri. Sekarang mah Oemar Bakri sudah sejahtera walaupun
sebagian masih banyak yang makan hati terutama yang berstatus honorer. Sedangkan
aku memilih menjadi karyawan kelas sandal jepit dengan penghasilan tidak
selangit tetapi cukup untuk beli wajit Cililin.
Puas
memandangi bingkai photo jaman purbakala, aku mulai mencurat coret kertas putih
untuk menuliskan keperluan selama perjalanan ke Garut. Pokoknya liburan yang
cukup singkat dan padat ini akan aku manfaatkan untuk menemui sahabatku yang
sudah lama tidak berjumpa. Dari radio kecil terdengar nyaring suara Iwan Fals
melagukan Belum Ada Judul.
Pernah
kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap
Pernah kita sama sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah kau...
Lagu
itu terus mengalun, menusuk hati, menembus dinding kamar kontrakan, mengurai
masa silam yang tidak akan pernah kembali lagi. Kamar kontrakan sekelas sandal
jepit ini menjadi saksi tentang persahabatan yang akan terus terjalin dan
menjadi cerita bagi anak dan cucu kita.
Jam
berdetak detik demi detik mendekati waktu shalat zuhur. Aku segera bergegas
sekalian shalat zuhur di mesjid (ini wajib bagi laki-laki) sekalian makan
siang, dan mencari keperluan untuk perjalan ke Garut.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar